Dampak Maksiat Terhadap Iman
Kitab Tauhid 2
oleh: Team Ahli Tauhid
Maksiat
adalah lawan ketaatan, baik itu dalam bentuk meninggalkan perintah
maupun melakukan suatu larangan. Sedangkan iman, sebagaimana telah kita
ketahui adalah 70 cabang lebih, yang tertinggi adalah ucapan "la ilaha
illallah" dan yang terendah adalah menyingkirkan gangguan di jalan.
Jadi
cabang-cabang ini tidak bernilai atau berbobot sama, baik yang berupa
mengerjakan (kebaikan) maupun me-ninggalkan (larangan). Karena itu
maksiat juga berbeda-beda. Dan maksiat berarti keluar dari ketaatan.
Jika ia dilakukan karena ingkar atau mendustakan maka ia bisa
membatalkan iman.
Sebagaimana Allah menceritakan tentang Fir'aun dengan firmanNya: "Tetapi Fir'aun mendustakan dan mendurhakai." (An-Nazi'at: 21)
Dan
terkadang maksiat itu tidak sampai pada derajat tersebut sehingga tidak
membuatnya keluar dari iman, tetapi memperburuk dan mengurangi iman.
Maka siapa yang melakukan dosa besar seperti berzina, mencuri,
minum-minuman yang memabukkan atau sejenisnya, tetapi tanpa meyakini
kehalalannya, maka hilang rasa takut, khusyu' dan cahaya dalam hatinya;
sekalipun pokok pembenaran dan iman tetap ada di hatinya.
Lalu
jika ia bertaubat kepada Allah dan mela-kukan amal shalih maka
kembalilah khasyyah dan cahaya itu ke dalam hatinya. Apabila ia terus
melakukan kemaksiatan maka bertambahlah kotoran dosa itu di dalam
hatinya sampai menutupi serta menguncinya -na'udzubillah!-. Maka ia
tidak lagi mengenal yang baik dan tidak me-ngingkari kemungkaran.
Imam
Ahmad dan lainnya meriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiallaahu anhu
bahwa Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda: "Sesungguhnya
orang mukmin itu jika berbuat dosa maka terbentuklah titik hitam di
hatinya. Apabila ia bertaubat, meninggalkan dan beristighfar maka
mengkilaplah hatinya. Dan jika menambah (dosa) maka bertambahlah (bintik
hitamnya) sampai menutupi hatinya. Itulah 'rain' yang disebut oleh
Allah dalam Al-Quran: 'Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang
selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka.' (Al-Muthaffifin: 14, HR. Ahmad, II/297)
Ada
sebuah perumpamaan yang menggambarkan pengaruh maksiat atas iman, yaitu
bahwasanya iman itu seperti pohon besar yang rindang. Maka akar-akarnya
adalah tashdiq (kepercayaan) dan dengan akar itulah ia hidup, sedangkan
cabang-cabangnya adalah amal perbuatan. Dengan cabang itulah
kelestarian dan hidupnya terjamin. Se-makin bertambah cabangnya maka
semakin bertambah dan sempurna pohon itu, dan jika berkurang maka
buruklah pohon itu.
Lalu
jika berkurang terus sampai tidak tersisa cabang maupun batangnya maka
hilanglah nama pohon itu. Manakala akar-akar itu tidak mengeluarkan
batang-batang dan cabang-cabang yang bisa berdaun maka keringlah
akar-akar itu dan hancurlah ia dalam tanah. Begitu pula maksiat-maksiat
dalam kaitannya dengan pohon iman, ia selalu membuat pengurangan dan aib
dalam kesempurnaan dan keindahannya, sesuai dengan besar dan kecilnya
atau banyak dan sedikitnya kemaksiatan tersebut. Wallahu a'lam!
0 komentar:
Posting Komentar