Hukum Pelaku Dosa Besar
Kitab Tauhid 2
oleh: Team Ahli Tauhid
Dosa Terbagi Menjadi Dosa Besar Dan Kecil
1. Dosa Besar (Kabirah)
Yaitu
setiap dosa yang mengharuskan adanya had di dunia atau yang diancam
oleh Allah dengan Neraka atau laknat atau murkaiNya. Adapula yang
berpendapat, dosa besar adalah setiap maksiat yang dilakukan seseorang
dengan terang-terangan (berani) serta meremehkan dosanya.
Contoh
dosa besar adalah sebagaimana disebutkan dalam hadits Abu Hurairah
Radhiallaahu anhu bahwa Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda:
"Jauhilah olehmu tujuh dosa yang membinasakan. Mereka bertanya, 'Apa
itu?' Beliau menjawab, Syirik kepada Allah, sihir, membunuh jiwa yang
diharamkan oleh Allah kecuali dengan benar, memakan riba, memakan harta
anak yatim, melarikan diri pada waktu peperangan, menuduh berzina
wanita-wanita suci yang mukmin dan lalai dari kemaksiatan." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
2. Dosa Kecil (Shaghirah)
Yaitu
segala dosa yang tidak mempunyai had di dunia, juga tidak terkena
ancaman khusus di akhirat. Ada pula yang berpendapat bahwa dosa kecil
adalah setiap kemaksiatan yang dilakukan karena alpa atau lalai dan
tidak henti-hentinya orang itu menyesali perbuatannya, sehingga rasa
kenikmatannya dengan maksiat tersebut terus memudar.
Contoh
dosa kecil adalah apa yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah Radhiallaahu
anhu bahwasanya Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda: "Dicatat
atas bani Adam bagiannya dari zina, pasti dia mendapatkannya tidak
mungkin tidak; maka dua mata zinanya adalah memandang, dua telinga
zinanya adalah mendengar, lisan zinanya adalah berbicara, tangan zinanya
adalah memegang, dua kaki zinanya adalah melangkah, dan hati adalah
menginginkan dan mendambakan, hal itu dibenarkan oleh kemaluan atau
didusta-kanya." (HR. Muslim, no. 2657)
Dalil
pembagian dosa menjadi besar dan kecil adalah firman Allah: "Jika kamu
menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu
mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu
yang kecil) dan kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (Surga)." (An-Nisa': 31)
"(Yaitu)
orang yang mejauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari
kesalahan-kesalahan kecil. Sesungguhnya Tuhanmu Mahaluas ampunanNya." (An-Najm: 32)
Diriwayatkan
dari Umar, Ibnu Abbas dan yang lain bahwasanya mereka berkata: "Tidak
ada dosa besar dengan beristighfar dan tidak ada dosa kecil (jika
dilakukan) dengan terus-menerus."
Madzhab Ahlus Sunnah Tentang Pelaku Dosa Besar
Sesungguhnya
orang yang melakukan dosa besar tidaklah menjadi kafir jika dia
termasuk ahli tauhid dan ikhlas. Tetapi ia adalah mukmin dengan
keimanannya dan fasik dengan dosa besarnya, dan ia berada di bawah
kehendak Allah. Apabila
berkehendak, Dia mengampuninya dan apabila Ia berkehendak pula, maka Ia
menyiksa di Neraka karena dosanya, kemudian Ia mengeluarkannya dan tidak
menjadikannya kekal di Neraka.
Berbeda dengan kelompok-kelompok sesat yang ekstrim dalam hal ini. Mereka adalah:
1. Murji'ah:
Golongan yang menyatakan maksiat tidak membahayakan (berpengaruh buruk)
bagi orang beriman, sebagaimana ketaatan tidak bermanfaat bagi orang
kafir.
2. Mu'tazilah:
Mereka yang mengatakan bahwa orang yang berdosa besar ini tidak mukmin
dan tidak juga kafir, tetapi ia berada pada tingkatan yang ada diantara
dua tingkatan tersebut. Namun demikian, apabila ia keluar dari dunia
tanpa bertaubat maka ia kekal di Neraka.
3. Khawarij: Mereka mengatakan bahwa orang yang berdosa besar adalah kafir dan kekal di Neraka.
Dalil-dalil Ahlus Sunnah
Ahlus Sunnah berhujjah dengan dalil-dalil yang banyak sekali dari Al-Qur'an dan Al-Hadits, di antaranya:
1.
Firman Allah Subhannahu wa Ta'ala: "Dan jika ada dua golongan dari
orang-orang mukmin berperang maka damaikanlah antara keduanya. Jika
salah satu dari kedua golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan lain
maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga golongan itu
kembali kepada perintah Allah; jika golongan itu telah kembali (kepada
perintah Allah), maka damaikanlah antara keduanya dengan adil dan
berlaku adillah. Sesungguhnya Allah me-nyukai orang-orang yang berbuat
adil. Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara, karena itu
damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya
kamu mendapat rahmat." (Al-Hujarat: 9-10)
Segi
istidlal (pengambilan dalil)-nya: Allah tetap mengakui ke-manan pelaku
dosa peperangan dari orang-orang mukmin dan bagi para pembangkang dari
sebagian golongan atas sebagian yang lain, dan Dia menjadikan mereka
menjadi bersaudara. Dan Allah memerintahkan orang-orang mukmin untuk
mendamaikan antara saudara-saudara mereka seiman.
2.
Abu Said Al-Khudri Radhiallaahu anhu mengatakan bahwa Rasulullah
Shalallaahu alaihi wasalam bersabda: "Allah memasukkan penduduk Surga ke
Surga. Dia memasukkan orang-orang yang Ia kehendaki dengan rahmatNya.
Dan Ia memasukkan penduduk Neraka. Kemudian berfirman, 'Lihatlah, orang
yang engkau dapatkan dalam hatinya iman seberat biji sawi maka
keluarkanlah ia.' Maka dikeluarkanlah mereka dari Neraka dalam keadaan
hangus terbakar, lalu mereka dilemparkan ke dalam sungai kehidupan atau
air hujan, maka mereka tumbuh di situ seperti biji-bijian yang tumbuh di
pinggir aliran air. Tidakkah engkau melihat bagaimana ia keluar
berwarna kuning melingkar?" (HR. Muslim, I/172 dan Bukhari, IV/158)
Segi
istidlal-nya, adalah tidak kekalnya orang-orang yang berdosa besar di
Neraka, bahkan orang yang dalam hatinya terdapat iman yang paling rendah
pun akan dikeluarkan dari Neraka, dan iman seperti ini tidak lain
hanyalah milik orang-orang yang penuh dengan kemaksiatan dengan
melakukan berbagai larangan serta meninggalkan kewajiban-kewajiban.
0 komentar:
Posting Komentar