Makna Iman
Kitab Tauhid 2oleh: Team Ahli Tauhid
Definisi Iman
Menurut
bahasa iman berarti pembenaran hati. Sedangkan menurut istilah, iman
adalah: membenarkan dengan hati, mengikrarkan dengan lisan dan
mengamalkan dengan anggota badan.
Ini
adalah pendapat jumhur. Dan Imam Syafi'i meriwayatkan ijma para
sahabat, tabi'in dan orang-orang sesudah mereka yang sezaman dengan
beliau atas pengertian tersebut.
Penjelasan Definisi Iman
"Membenarkan dengan hati" maksudnya menerima segala apa yang dibawa oleh Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam.
"Mengikrarkan
dengan lisan" maksudnya, mengucapkan dua kalimah syahadat, syahadat
"Laa ilaha illallahu wa anna Muhammadan Rasulullah" (Tidak ada
sesembahan yang hak kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan
Allah).
"Mengamalkan
dengan anggota badan" maksudnya, hati mengamalkan dalam bentuk
keyakinan, sedang anggota badan mengamalkannya dalam bentuk
ibadah-ibadah sesuai dengan fungsinya. Kaum salaf menjadikan amal
termasuk dalam pengertian iman. Dengan demikian iman itu bisa bertambah dan berkurang seiring dengan bertambah dan berkurangnya amal shalih.
Dalil-dalil Kaum Salaf
1.
Firman Allah Subhannahu wa Ta'ala: "Dan tiada kami jadikan penjaga
Neraka itu melainkan dari malaikat; dan tidaklah kami menjadikan
bilangan mereka itu melainkan untuk jadi cobaan orang-orang kafir,
supaya orang-orang yang diberi Al-Kitab menjadi yakin dan supaya
orang-orang yang beriman bertambah imannya dan supaya orang-orang yang
diberi Al-Kitab dan orang-orang mukmin tidak ragu-ragu dan supaya
orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan orang-orang kafir
(menyatakan), Apakah yang dikehendaki Allah dengan bilangan ini sebagai
suatu perumpamaan?" (Al-Muddatstsir: 31)
2.
Firman Allah Subhannahu wa Ta'ala: "Sesungguhnya orang-orang yang
beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah
hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya,
bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka
bertawakkal, (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang
menafkahkan se-bagian dari rizki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah
orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya." (Al-Anfal: 2-4)
3.
Sabda Rasulullah yang diriwayatkan Imam Muslim dari Abu Hurairah
Radhiallaahu anhu, ia berkata bahwasanya Rasulullah Shalallaahu alaihi
wasalam bersabda: "Iman itu tujuh puluh cabang lebih atau enam puluh
cabang lebih yang paling utama adalah ucapan "la ilaha illallahu" dan
yang paling rendah adalah menyingkirkan rintangan (kotoran) dari tengah
jalan, sedang rasa malu itu (juga) salah satu cabang dari iman." (HR. Muslim, 1/63)
4.
Sabda Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam, riwayat Abu Sa'id
Al-Khudry, ia berkata, "Saya mendengar Rasulullah Shalallaahu alaihi
wasalam bersabda: "Siapa yang melihat kemungkaran di antara kalian, maka
hen- daklah ia mengubah kemungkaran itu dengan tangannya, jika ia tidak
mampu maka dengan lisannya, dan jika ia tidak mampu maka dengan
hatinya, dan yang demikian itu adalah selemah-lemahnya iman." (HR. Muslim, 1/69)
Bagaimana Dalil-dalil Tersebut Menunjukkan bahwa Iman Dapat Bertambah dan Berkurang
Dalil Pertama:
Di dalamnya terdapat penetapan bertambahnya iman orang-orang mukmin,
yaitu dengan persaksian mereka akan kebenaran nabinya berupa terbuktinya
kabar beritanya sebagaimana yang tersebut dalam kitab-kitab samawi
sebelumnya.
Dalil kedua:
Di dalamnya terdapat penetapan bertambahnya iman dengan mendengarkan
ayat-ayat Allah bagi orang-orang yang disifati oleh Allah, yaitu mereka
yang jika disebut nama Allah tergeraklah rasa takut mereka sehingga
mengharuskan mereka menjalankan perintah dan menjauhi larangannya.
Mereka
itulah orang-orang yang bertawakkal kepada Allah. Mereka tidak
mengharapkan selainNya, tidak menuju kecuali kepadaNya dan tidak
mengadukan hajatnya kecuali kepada-Nya. Mereka itu orang-orang yang
memiliki sifat selalu melaksanakan amal ibadah yang di syariatkan
seperti shalat dan zakat. Mereka adalah orang-orang yang benar-benar
beriman, dengan tercapainya hal-hal tersebut baik dalam i'tiqad maupun
amal perbuatan.
Dalil ketiga:
Hadits ini menjelaskan bahwa iman itu terdiri dari cabang-cabang yang
bermacam-macam, dan setiap cabang adalah bagian dari iman yang
keutamaannya berbeda-beda, yang paling tinggi dan paling utama adalah
ucapan "la ilaha illallah" kemudian cabang-cabang sesudahnya secara
berurutan dalam nilai dan fadhilah-nya sampai pada cabang yang terakhir
yaitu menyingkirkan rintangan dan gangguan dari tengah jalan.
Adapun
cabang-cabang antara keduanya adalah shalat, zakat, puasa, haji dan
amalan-amalan hati seperti malu, tawakkal, khasyyah (takut kepada Allah)
dan sebagainya, yang kesemuanya itu dinamakan iman. Di antara
cabang-cabang ini ada yang bisa membuat lenyapnya iman manakala ia
ditinggalkan, menurut ijma' ulama; seperti dua kalimat syahadat. Ada
pula yang tidak sampai menghilangkan iman me-nurut ijma' ulama manakala
ia ditinggalkan; seperti menyingkirkan rintangan dan gangguan dari
jalan.
Sejalan
dengan pengamalan cabang-cabang iman itu, baik dari segi kuantitas
maupun kualitasnya, maka iman bisa bertambah dan bisa berkurang.
Dalil keempat:
Hadits Muslim ini menuturkan tingkatan-tingkatan nahi munkar dan
keberadaannya sebagai bagian dari iman. Ia menafikan (meniadakan) iman
dari seseorang yang tidak mau melakukan tingkatan terendah dari
tingkatan nahi munkar yaitu mengubah kemungkaran dengan hati.
Sebagaimana disebutkan dalam sebagian riwayat hadits: "Dan tidak ada
sesudahnya sebiji sawi pun dari iman." (HR. Muslim, Kitab Al-Iman, Bab Bayanu Kurhin Nahyi Anil Mungkar).
Berdasarkan hal ini maka tingkatan di atasnya adalah lebih kuat keimanannya. Wallahu a'lam!
0 komentar:
Posting Komentar