Hakikat manusia bagaikan wayang namun memiliki jiwa yang diberikan ilham
Marilah kita mengkaji perbedaan rasa senang berikut :
Jangan merasa senang, karena sudah beribadah, menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah Azza wa Jalla
Tetapi merasa senanglah, karena diberi kekuatan oleh Allah ta’ala, untuk beribadah, menjalankan perintah dan menjauhi larangan
Rasa senang yang pertama adalah menyekutukan Allah ta’ala dengan kuasa kita. Pensekutuan Allah ta’ala ini umumnya tanpa disadari,
Rasa senang yang kedua mentauhidkan Allah ta’ala dengan mengakui bahwa ibadah kita atas kuasa Allah Azza wa Jalla
Laahaulaa walaaquw-wata il-laabillahil ‘aliy-yil ‘adziim.
”Tiada daya upaya dan kekuatan selain atas izin/pertolongan Allah”
Ketika sholat coba kita rasakan bahwa kita menyembah pada yang merukukkan kita, menyembah yang mensujudkan kita. Sesungguhnya rukuk dan sujud kita adalah rukuk dan sujudNya, rukuk dan sujud atas kehendakNya.
Rasa senang dapat dirasakan dalam sholat, hakikatnya aktifitas kita sholat merupakan ”digerak-gerakan” oleh Nya . Dalam sholat kita dapat bertemu denganNya. Inilah makna batin hadits Rasulullah yang secara dzahir maknanya, Dari Anas Ra, Rasulullah saw berkata “….kesenanganku dijadikan dalam shalat“
“Sesungguhnya sembahyang (Sholat) itu memang berat kecuali bagi mereka yang khusyu’ yaitu mereka yang yakin akan berjumpa dengan Tuhan mereka, dan sesungguhnya mereka akan kembali kepadaNya”. (QS. Al-Baqarah 2 : 45).
Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam bersabda, bahwa Ash-shalatul Mi’rajul Mu’minin, “sholat itu adalah mi’rajnya orang-orang mukmin“. Yaitu naiknya jiwa meninggalkan ikatan nafsu yang terdapat dalam fisik manusia menuju ke hadirat Allah ta’ala.
Dalam sebuah hadist Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya kalian apabila sholat maka sesungguhnya ia sedang bermunajat (bertemu) dengan Tuhannya, maka hendaknya ia mengerti bagaimana bermunajat dengan Tuhan”
Cobalah rasakan kehadiranNya atau kekuasaanNya, di dalam detak jantung kita, rasakan di setiap tarikan napas kita, rasakan setiap aliran darah di dalam tubuh kita.
Itu semua adalah salah satu kekuasaan Tuhan, bukan kekuasaan kita.
Coba pikirkan, jika itu menjadi kekuasaan kita,
bisakah kita menghentikan detak jantung ?,
bisakah kita menghentikan tarikan napas ?,
bisakah kita menghentikan aliran darah di dalam tubuh ?
Kita tentu yakin dan percaya , bahwa kita tidak akan mampu melakukannnya.
Itu sebagai pertanda bahwa kita yang merasa mempunyai tubuh ini, tetapi tidak kuasa untuk memiliki dan menguasai tubuh ini. Hanya milik dan kuasa Allah Azza Wa Jalla semata.
Sungguh segala sesuatu atas kehendak Allah ta’ala namun kita tidak bisa mempertanyakan kehendak Allah ta’ala atau tidak bisa mempertanyakan atas apa yang Dia perbuat.
Namun kitalah yang akan “ditanya” atas apa yang kita perbuat dan kita tidak bisa berdalih karena setiap jiwa manusia telah diilhami yang Haq dan bathil atau mana yang benar atau mana yang salah atau jalan ketaqwaan dan jalan kefasikan.
Kita kelak di kemudian hari akan diminta pertanggungjawaban atas pilihan (jiwa) kita sendiri antara yang haq dan bathil
“Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya dan merekalah yang akan ditanyai” (QS Anbiyaa’ [21]:23 )
“Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan” (pilihan haq atau bathil) (QS Al Balad [90]:10 )
“maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya“. (QS As Syams [91]:8 )
“Dan sesungguhnya kamu akan ditanya tentang apa yang telah kamu kerjakan” (QS An Nahl [16:93 )
Apapun di dalam tubuh kita, apapun di luar tubuh kita, apapun di langit dan bumi, semua dalam pengaturanNya atau dalam pengurusanNya.
“Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya)” (QS Al Baqarah [2]:255 )
Kita umpamakan manusia itu seperti wayang yang digerak-gerakkan Sang Dalang atau dalam pengurusan/pengaturan oleh Azza wa Jalla, bedanya adalah manusia jiwanya diilhami pilihan yang haq dan bathil.
“maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya” (QS As Syams [91]:8 )
“Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan” (pilihan haq atau bathil) (QS Al Balad [90]:10 )
Contoh cerita yang telah ditetapkan Sang Dalang, seorang pria harus pergi dinas keluar kota dan menginap di hotel.
Pria itu dalam kebenaran, jika jiwa pria itu memlih yang haq, tentu dia akan memilih hotel yang “bersih”, terhindar dari fitnah “kehidupan malam”.
Pria itu lupa (jiwanya memilih yang batil) dan memilih hotel dengan “kehidupan malam”
Pria itu dalam kebenaran, jika jiwa pria itu memlih yang haq, tentu selama menginap di hotel dia menghindari layanan “kehidupan malam”
Pria itu lupa (jiwanya memilih yang bathil) dan memesan layanan “kehidupan malam” dengan layanan wanita “malam”
Pria itu dalam kebenaran, jika jiwa pria itu memlih yang haq, tentu dia akhirnya menolak wanita itu masuk ke kamarnya atau membatalkan layanan tersebut.
Jika jiwa pria itu memlih yang haq pastilah pria itu terhindar dari perbuatan yang buruk.
Allah Azza wa Jalla “mengerak-gerakan” manusia berdasarkan pilihan jiwa manusia antara yang haq dan bathil.
Segala sikap, perbuatan, gerak dan kejadian pada hakikatnya adalalah dari Allah ta’ala juga, maka upayakanlah jiwa kita memilih yang haq berdasarkan Al-Quran dan Sunnah.
Prinsipnya segala perbuatan/sikap adalah perbuatanNya kemudian disandarkan kepada manusia, setelah pilihan dilakukan oleh jiwa manusia antara yang haq dan bathil maka menjadi perbuatan manusia.
Perbuatan manusia yang buruk (karena pilih yang bathil) adalah perbuatan manusia itu sendiri, mustahil perbuatanNya.
Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). (QS Asy Syuura [42]:30 )
Perbuatan manusia yang baik (karena pilih yang haq) adalah perbuatan manusia yang selaras dengan perbuatanNya.
“Bila Aku telah mencintainya, maka Aku adalah pendengarannya yang digunakannya untuk mendengar, dan penglihatannya yang digunakannya untuk melihat dan tangannya yang digunakannya untuk memukul dan kakinya yang digunakannya untuk berjalan; jika dia meminta kepada-Ku niscaya Aku akan memberikannya, dan jika dia meminta perlindungan kepada-Ku niscaya Aku akan melindunginya”. (H.R.al-Bukhâriy)
Rasulullah adalah maksum , terjaga dari kesalahannya karena jiwa beliau shallallahu alaihi wasallam, dibimbing untuk selalu memilih yang haq.
Begitupula para Nabi, para Shiddigin, para Syuhada dan orang-orang sholeh, jiwa mereka selalu dibimbing untuk memilih yang haq karena mereka dicintai (telah mendapatkan cinta dari) Allah Azza wa Jalla)
Bedanya Rasulullah dengan orang-orang sholeh, orang-orang sholeh masih ada kemungkinan memilih yang bathil namun mereka segera bertobat atas kesalahan mereka.
Kenapa mereka dapat segera bertobat ?
Karena mereka dapat memahami dengan cepat “teguran” dari Allah ta’ala karena orang-orang sholeh dapat memandang Allah ta’ala dengan hati atau hakikat keimanan
atau
Allah ta’ala menyegerakan teguran kepada mereka karena cintaNya
Orang-orang sholeh dapat juga mencapai keadaan terjaga dari perbuatan buruk/salah jika sholat mereka telah dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar sehingga jiwa mereka selalu memilih yang haq.
Oleh karenanya sebagian muslim menganggap juga orang-orang sholeh adalah maksum namun bukan maksum mutlak.
Kitapun dapat menjadi orang sholeh, jika jiwa kita selalu memilih yang haq berdasarkan Al Quran dan Sunnah Rasulullah.
Selain itu kita perhatikan keadaan jiwa dengan penyucian jiwa, tazkiyatun nafs atau TAKHALLI, kemudian mengisi jiwa dengan hal-hal yang terpuji atau TAHALLI sehingga pada akhirnya akan memperoleh kenyataan Tuhan (TAJALLI) atau menjadi muslim yang sholeh , muslim yang ihsan, muslim yang dapat melihat Allah ta’ala dengan hati atau hakikat keimanan minimal muslim yang yakin selalu dilihat oleh Allah Azza wa Jalla
Jadi marilah kita mengikuti atau bergaul dengan muslim yang sholeh (sholihin, muhsin/muhsinin) atau ulama sholeh, mencontoh cara beribadah mereka kepada Allah ta’ala, agar kita dapat berada pada jalan yang lurus.
Muslim yang sholeh adalah sebenar-benarnya pengikut Rasulullah dan para Salafush sholeh, sebagaimana yang telah kami sampaikan dalam tulisan http://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/03/05/pengikut-rasulullah-sebenarnya/
Kami akhiri tulisan ini dengan sebuah doa yang terkait yakni
“Ya Allah, Tuhan Yang Maha Membolak-balikkan hati manusia, tetapkanlah hatiku pada agama-Mu dan ketaatan kepada-Mu“.
Amin ya Robbal Alamin.
Senin, 18 November 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar