Senin, 04 November 2013

Rahasia Nur Muhammad

Nur Muhammad

Apa Itu Nur Muhammad?
Dalam ilmu tasawuf, Nur Muhammad mempunyai
pembahasan mendalam. Nur Muhammad disebut
juga hakikat Muhammad.
Sering dihubungkan pula dengan beberapa istilah
seperti al-qalam al-a’la (pena tertinggi), al-aql al-
awwal (akal utama), amr Allah (urusan Allah), al-
ruh, al-malak, al-ruh al-Ilahi, dan al-ruh al-
Quddus.
Tentu saja, sebutan lainnya adalah insan kamil.
Secara umum istilah-istilah itu berarti makhluk
Allah yang paling tinggi, mulia, paling pertama dan
utama. Seluruh makhluk berasal dan melalui
dirinya. Itulah sebabnya Nur Muhammad pun
disebut al-haq al-makhluq bih atau al-syajarah al-
baidha' karena seluruh makhluk memancar
darinya.
Ia bagaikan pohon yang daripadanya muncul
berbagai planet dengan segala kompleksitasnya
masing-masing. Nur Muhammad tidak persis
identik dengan pribadi Nabi Muhammad SAW. Nur
Muhammad sesungguhnya bukanlah persona
manusia yang lebih dikenal sebagai nabi dan rasul
terakhir.
Namun tak bisa dipisahkan dengan Nabi
Muhammad sebagai person, karena representasi
Nur Muhammad dan atau insan kamil adalah
pribadi Muhammad yang penuh pesona. Manusia
sesungguhnya adalah representasi insan kamil.
Oleh karena itu, dalam artikel terdahulu, manusia
dikenal sebagai makhluk mikrokosmos.
Sebab, manusia merupakan miniatur alam
makrokosmos. Posisi Muhammad sebagai nabi
dan rasul dapat dikatakan sebagai miniatur
makhluk mikrokosmos karena pada diri beliau
merupakan tajalli Tuhan paling sempurna. Itu pula
sebabnya, mengapa Nabi Muhammad mendapatkan
berbagai macam keutamaan dibanding nabi-nabi
sebelumnya.
Bahkan hadits-hadits Isra’ Mikraj menyebutkan,
Rasulullah pernah mengimami nabi yang pernah
hidup sebelumnya. Melalui Nur Muhammad, Tuhan
menciptakan segala sesuatu. Dari segi ini, Al-Jilli
menganggapnya qadim dan Ibnu ‘Arabi
menganggapnya qadim dalam kapasitasnya
sebagai ilmu Tuhan dan baharu ketika ia berwujud
makhluk.
Namun perlu diingat bahwa konsep keqadiman,
menurut Ibnu Arabi, ada dua macam, yaitu qadim
dari segi dzat dan qadim dari segi sesuatu itu
masuk ke wilayah ilmu Tuhan. Nur Muhammad,
menurut Ibnu Arabi, masuk kategori qadim jenis
kedua, yaitu bagian dari ilmu Tuhan (qadim al-
hukmi) bukan dalam qadim al-dzati.
Dengan demikian, Nur Muhammad dapat dianggap
qadim dalam perspektif qadim al-hukmi, namun
juga dapat dianggap sebagai baharu dalam
perspektif qadim al-dzati. Dalam satu riwayat juga
pernah diungkapkan bahwa Nabi Muhammad
adalah sebagai nabi pertama dan terakhir.
Ia disebut sebagai nabi pertama dalam arti
bapaknya para ruh (abu al-warh al-wahidah), nabi
terakhir karena memang ia sebagai khatam an-
nubuwwah wa al-mursalin.
Sedangkan, Nabi Adam hanya dikenang sebagai
bapak biologis (abu al-jasad). Jika dikatakan
Muhammad SAW nabi pertama dan terakhir bagi
Allah SWT, tidak ada masalah.
Nama-nama dan sifat-sifat-Nya yang kelihatannya
paradoks, seperti al-awwal wa al-akhir, al-dhahir
wa al-bathin, al-jalal wa al-jamal, juga tidak ada
masalah bagi-Nya, karena itu semua hanya di level
puncak (al-a’yan ats-tsabitah) atau wujud
potensial, tidak dalam wujud aktual (wujud al-
kharij).
Dasar keberadaan Nur Muhammad dihubungkan
dengan sejumlah ayat dan hadits. Di antaranya,
"Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya
(Nur) dari Allah dan kitab yang menerangkan." (QS.
Al-Maidah 15).
Ayat lainnya, "Sesungguhnya telah ada pada (diri)
Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu), bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah
dan (kedatangan) hari kiamat, dan dia banyak
menyebut Allah." (QS. Al-Ahzab: 21). Ada pula
hadits, "Saya adalah penghulu keturunan Adam
pada hari kiamat."
Hadits riwayat Bukhari menjadi dasar lainnya, yaitu
"Aku telah menjadi nabi, sementara Adam masih
berada di antara air dan tanah berlumpur." Ada lagi
suatu riwayat panjang yang banyak ditemukan
dalam literatur tasawuf dan literatur-literatur Syiah
adalah pertanyaan Sayyidina Ali RA kepada
Rasulullah.
"Wahai Rasulullah, mohon dijelaskan apa yang
diciptakan Allah sebelum semua makhluk
diciptakan?"
Rasul menjawab, "Sebelum Allah menciptakan yang
lain, terlebih dahulu Ia menciptakan nur nabimu
(Nur Muhammad). Waktu itu belum ada lauh al-
mahfuz, pena (qalam), neraka, malaikat, langit,
bumi, matahari, bulan, bintang, jin, dan manusia.
Kemudian dengan iradat-Nya, Dia menghendaki
adanya ciptaan. Ia membagi Nur itu menjadi empat
bagian. Dari bagian pertama, Ia menciptakan
qalam, lauh al-mahfuz, dan Arasy. Ketika Ia
menciptakan lauh al-mahfuz dan qalam, pada
qalam itu terdapat seratus simpul.
Jarak antar simpul sejauh dua tahun perjalanan.
Lalu, Allah memerintahkan qalam menulis dan
qalam bertanya, 'Ya Allah, apa yang harus saya
tulis?' Allah menjawab, 'Tulis La Ilaha illa Allah,
Muhammadan Rasul Allah.' Qalam menjawab,
'Alangkah agung dan indahnya nama itu, ia disebut
bersama asma-Mu Yang Maha Suci.'
Allah kemudian berkata agar qalam menjaga
perilakunya. Menurut Allah, nama tersebut adalah
nama kekasih-Nya. Dari nur-Nya, Allah
menciptakan Arasy, qalam, dan lauh al-mahfuz.
Jika bukan karena dia, ujar Allah, dirinya tak akan
menciptakan apa pun. Saat Allah menyatakan hal
itu, qalam terbelah dua karena takutnya kepada
Allah."
"Sampai hari ini, ujung qalam itu tetap terbelah
dua dan tersumbat sehingga dia tidak menulis,
sebagai tanda dari rahasia Ilahi."
"Oleh karena itu, jangan ada seorang pun gagal
dalam memuliakan dan menghormati nabinya atau
menjadi lalai dalam meneladaninya. Selanjutnya,
Allah memerintahkan qalam untuk menulis."
"Qalam bertanya, Apa yang harus saya tulis, ya
Allah? Dijawab oleh Allah, Tulislah semua yang
akan terjadi sampai hari pengadilan. Qalam pun
kembali bertanya tentang apa yang harus ia mulia
tuliskan. Allah menegaskan, agar qalam memulai
dengan kata-kata, Bismillah Ar-Rahman Ar-
Rahim."
"Dengan rasa hormat dan takut yang sempurna,
kemudian qalam bersiap menulis kata-kata itu
pada Lauh Al-Mahfudz dan menyelesaikan tulisan
itu dalam kurun waktu 700 tahun. Saat qalam telah
menulis kata itu, Allah menyatakan bahwa qalam
telah menghabiskan 700 tahun menulis tiga nama-
Nya."
Ketiga nama itu adalah nama keagungan-Nya,
kasih sayang-Nya, dan empati-Nya. Tiga kata-kata
yang penuh barakah ini dibuat sebagai hadiah bagi
umat kekasih-Nya, yaitu Muhammad. Di samping
ayat dan hadis tersebut di atas juga masih ada
nasihat atau perkataan yang menarik untuk dikaji
bersama.
Antara lain, ungkapan yang disampaikan Al-Khallaj
sebagai berikut, "Maha Suci (dzat) yang nasut-Nya
telah melahirkan rahasia cahaya lahut-Nya yang
cemerlang; kemudian ia kelihatan bagi makhluk-
Nya secara nyata dan dalam bentuk (manusia)
yang makan dan minum."
Mungkin inilah sebabnya mengapa Nabi
Muhammad memiliki berbagai keutamaan, seperti
satu-satunya yang bisa mengakses langsung
Sidrah Al-Muntaha, maqam paling puncak, diberi
Lailah Al-Qadr, diberi hak memberi syafaat di hari
kiamat, umatnya paling pertama dihisab, paling
pertama masuk surga, dan paling berhasil misinya.
Dalam kitab Fushush Al-Hikam karya Ibnu Arabi,
dibahas lebih mendalam hakikat Nur Muhammad
(Haqiqah Al-Muhammadiyyah). Yang menarik di
dalam pembahasan itu, kita semua umat manusia
mempunyai unsur-unsur kemuhammadan
(Muhammadiyyah) seperti halnya di dalam diri
manusia terdapat unsur-unsur keadaman
(Adamiyyah).
Muhammadiyyah, Adamiyyah, dan sejumlah
manusia suci lainnya, ternyata bermakna fisik dan
simbolis, atau makna esoteris di samping
eksoteris. Uraian tentang Nabi Muhammad,
kemuhammadan, dan Nur Muhammad serta
relasinya dengan kita sebagai sebagai makhluk
mikrokosmos sangat menarik disimak.
Terlepas apakah nanti setuju atau tidak setuju
keseluruhannya, itu wilayah otonomi intelektualitas
kita masing-masing. Wallahua’lam

0 komentar:

Posting Komentar