Selasa, 19 November 2013

Qalbu Illahi | Nawaites Idnef |

Bissmillahirrahmanirrahiim 

Qalbu Illahi

--------------

 Qalbu adalah Singgasana Allah

Pusat kendali diri setiap manusia

Landasan penampakkan Al Haq

Ranah hamparan kasih rahmatNya


Ia adalah cerminan hakikatNya

Mikroskop nilai keluhuranNya

Wadah penampung kalamNya

Jaring penangkap isyarat-isyaratNya


Ia dianalogikan dengan cahaya

Diurai dengan huruf-huruf Qur’ani

Ia laksana, minyak dan lampu

Dalam Misykat serta kaca menyala


Ia mudah terbalik dan pongah,

Qalbu yang ingat mulia, yang lalai nista,

Ia kadang bersinar, kadang gelap,

Ia menyinari jagad diri dan kehidupan,


Qalbu didatangi DutaNya untuk

Dipersiapkan menerima tugas ketuhanan

Qalb suci bermoral malaikatNya

Qalbu kotor berkarakteri setan terlaknat


Qalbu adalah penanda setiap insan

Adakah ia manusia baik atau buruk

Ia merupakan pundit rahasia batin

Samudera pengetahuan setiap manusia

Ia kunci pembuka keagunganNya

Pintu pembentang rahasia-rahasiaNya


Itulah wajah hakiki qalbumu yang sesungguhnya

Simpanlah rahasia batinmu, kau akan melihat rahasiaNya


Kebahagiaan dunia bisa diraih dengan jejak kaki

Kebahagiaan hakiki akhirat hanya bisa ditempuh dengan qalbu


Penyingkapan Agung dan tirai Makrifat terbuka oleh “laku“ qalbu

Rapor kebaikan dan keburukan setiap insani berdasar “laku“ qalbu


Manusia yang membiarkan kalbunya penuh noda hati

Selamanya tidak akan merasakan penyingkapan rahasia AgungNya


Qalbu adalah perbendaharaan agung

Modal utama setiap manusia menujuNya

Insan yang tidak memuliakan kalbunya

Akan menuai keburukan abadi di sisiNya


Qalbu adalah landasan pacu hakikat

Nilai hakiki tidak akan landing di qalbu yang kotor

Qalbu yang tidak suci berlumur hijab

Qalbu yang terhijab tidak akan Makrifatullah


Qalbu adalah media Wushul da Qurb

Keintiman denganNya juga dengan “laku“ qalbu

Hakikat kebaikan bersendikan qalbu

Kebaikan yang tidak bernurani, adalah busuk


Ilham suciNya turun di qalbu suci

Qalbu buruk adalah landasan bisikan jahat setan

Muara “laku“ qalbu adalah ridhaNya

KerelaanNya hanya berdasarkan “laku“ qalbu jernih

KemurkaanNya akibat “ulah“ qalbu

Siksa pedih akhirat juga akibat “ulah“ busuk qalbu


Qalbu adalah sentra penentu nasib

Kebahagiaan dan kesengsaraan hakiki akibat qalbu

Qalbu yang taat beroleh ridhaNya

Qalbu yang kufur, akan menuai kemurkaanNya

Qalbu yang pongah dan tersesat

Adalah qalbu yang lupa mendzikir padaNya

Wajah kebaikan qalbu adalah lurus

Wajah kesesatan qalbu, tindak kemaksiatannya


Tajamkan mata Qalbu dan pikir

Akan tersingkap keagungan rahasia ayat-ayatNya

Qalbu adalah pengantin jasad dan ruh

Hanya Qalbu Sakinah yang sambung dengan DiriNya


Lihatlah kepada “laku“ baik qalbumu

Itulah rahasia batinmu, dan modal utamamu menujuNya

Pandanglah kebaikan-kebaikanNya

Akan ditampakkan untukmu segala makna hakiki


►Syekh Abdul Karim Ibnu Ibrahim Al Jaili [1366M - 1430M]



Hati adalah cermin pribadi setiap manusia. Lalu, cermin model manakah yang kita miliki dalam hati kita? Apakah hati kita bersih laksana cermin yang berkilau sehingga manantulkan perbuatan yang baik, ataukah malah kotor dan buram yang membuat kita selalu buruk? Hal ini sepertinya tergantung bagaimana kita merawat cermin hati yang kita miliki.


Bila kita selalu menjaga hati agar selalu bersih dan bening, maka cerminan perbuatan yang muncul pun akan selalu baik dan benar. Sebaliknya, kalau selalu membiarkan cermin hati kita kotor, dengan hiasan perbuatan buruk kita, maka pantulan kaca hati kita pun menjadi buram.


Empat Sifat Hati

Iman Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin mengemukakan bahwa di hati manusia berkumpul empat sifat. Sifat Sabu'iyah (kebuasan), bahimiyah (kebinatangan), syaithaniyah (kesetanan), dan rabbaniyah (ketuhanan). Masing-masing sifat itu bisa saling mengalahkan, tergantung dari manusia itu sendiri.


Kalau sifat rububiyahnya yang menang, akan timbul sifat manusia itu menjadi baik. Seperti mampu menahan hawa nafsu, qana'ah, iffah, zuhud, jujur, tawadhu, dan sejumlah sifat baik lainnya.


Manusia dengan hati yang demikian itu, senantiasa mengingat Allah. Dengan demikian, jiwanya selalu tenang dan tentaram. "(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram." (QS. Ar-Rad [13] : 28). Inilah hati orang-orang yang beriman. Tidak ada kebencian, kedengkian, kesombongan, dan penyakit hati lainnya yang bersarang di dadanya.


Seperti dikatakan Rasullulah dalam sebuah Hadits. "Hati itu ada empat, yaitu hati yang bersih, di dalamnya ada pelita yang bersinar. Maka, itulah hati orang mukmin. Hati yang hitam lagi terbalik, maka itu adalah hati orang kafir. Hati yang tertutup yang terikat tutupnya, maka itu adalah hati orang munafik, serta hati yang dilapis yang di dalamnya ada iman dan nifak." (HR. Ahmad dan Thabrani).


Sementara hati yang kotor, tentunya mencerminkan perbuatan yang kotor pula. Inilah orang-orang kafir. Segala perbuatan yang dilakukannya selalu jelek dan bertentangan dengan perintah Allah. Hal ini terjadi karena cermin dari hati yang kotor itu. Akibatnya, mamantul kepada perbuatannya.


Alquran menyebutkan, hati mereka telah terkunci dengan kebenaran. Bagi mereka, dinasehati atau tidak, sama saja. Selalu yang dilakukan perbuatan buruk. Karena cermin hatinya telah terkunci dengan kotoran. "Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman. Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang sangat berat." (QS. Al-Baqarah [2] : 6-7)


Sedangkan orang-orang munafik, di hati mereka terdapat penyakit. "Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyekitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka dusta. Dan bila dikatakan kepada mereka: "Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi. Mereka menjawab: "Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan." Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar." (QS. Al-Baqarah [2] : 10-12).


Begitulah fenomena sebuah hati, yang merupakan cermin bagi setiap tindak-tanduk manusia. Bila cermin itu bening, maka yang memantul adalah perbuatan baik. Sebaliknya, bila hati itu kotor maka yang muncul adalah suara atau perbuatan jelak dan kemaksiatan.


Dengan demikian, ketika ada orang yang mengatakan ‘hati nurani adalah suara kebenaran,' itu tidak selalu benar. Ini tergantung dari hati nurani siapa dahulu. Kalau hati nurani orang-orang yang beriman, itu memang suara kebenaran. Akan tetapi, kalau hati nurani orang kafir atau orang munafik, itu pasti adalah suara keburukan dan penipuan.


Karena itulah, bagi setiap orang beriman diperintahkan selalu menjaga kebeningan hatinya, yaitu dengan selalu menjalankan perintah Allah, baik yang wajib maupun yang sunnah. Dengan begitu, berarti ia senantaisa menjaga kebeningan hati. Sehingga cermin yang ada di hatinya selalu bening dan akan memunculkan perbuatan yang baik. ***

0 komentar:

Posting Komentar