Minggu, 16 Februari 2014

Keyakinan Dan Niat | Nawaites Idnef |

 Bissmillahirrahmanirrahiim 

Keyakinan Dan Niat

--------------

I.MENGUATKAN DAN MEMBAIKAN KEYAKINAN

Tiada amal baik dapat dilaksanakan kecuali dengan keyakinan, tiada seorang hamba mampu beramal, kecuali sekedar keyakinannya, dan tiada akan berkurang amalnya sampai berkurang pula keyakinannya (Lukman as ).

Oleh karena itu hendaknya kita menguatkan keyakinan terlebih dahulu dan membaikan keyakinan, sebab bila clip_image001keyakinan telah tertanam kukuh dalam jiwa dan telah memenuhinya, maka segala yang gaib seakan akan tampak hadir di depan mata.

Diantara buah keyakinan ialah perasaan tentram akan terlaksananya janji ALLOH, kepercayaan hati akan jaminan NYA, pemusatan “himmah” seorang kepadaNYA, penghindaran diri dari segala yang memalingkan dari NYA, kembali kepadaNYA dalam setiap keadaan, serta penyaluran seluruh daya dan tenaga dalam mencari keridlaaNYA

Menurt syeikh Allamah Sayyid Al hadad dalam kitabnya ‘Risalah Al-Mu’awanah wa AL Muzaharah li Al Raghibin min Al Mu’minin fi Suluk Al Thariq Al Akhirah” terjemahan Muhammad Al baqir :Keyakinan dapat dikuatkan dan diperbaiki dengan beberapa hal antaralain :

PERTAMA; Ini merupakan pokok dan sumber utama, berusaha mendengarkandan menyimak dengan tekun ayat ayat dan riwayat riwayat yang mengungkapkan keagunganALLOH, serta kemampuan, kebesaran, keperkasaan dan kemandirianNYA dalam soal penciptaan, kekuasaan dan kekuatan NYA, tentang kebenaran para rosul dan kesempurnaan mereka serta mukjizat mukjizat yang diberikan ALLOH kepada meraka guna mendukung ke rasulan mereka, tentang berbagai hukuman akibat buruk bagi kaum penentang.Juga riwayat riwayat tentang hari kiamat, termasuk bersangkutan dengan pahala yang diberikan kepada para pelaku kebajikan dan hukuman yang ditimpakan para pelaku kejahatan.Hal ini telah di isyaratkan ALLOH dalam Al qur’an 29 : 51 : “ Tidak cukupkah bagi mereka bahwa Kami telah menurunkan kepadamu AL KITAB ( AL Qur’an ) sedang ia dibacakan kepada mereka ?Sesungguhnya dalam AL Qur’an itu terdapat rahmad yang besar dan pelajaran bagi orang orang beriman”.

KEDUA ;Memperhtikan dan merenungkan gejala gejala pada keraajaan langit dan bumi, keajaiban keajaiban dan keindahan keindahan tiada tara yang ditebarkan ALLOH pada semua itu seperti di isyaratkan ALLOH dalam AL Qur’an 41 : 53: “ Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda tanda Kami di segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa itu adalah Haq. dan apakah Tuhanmu tidak cukup ( bagimu ) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikansegala sesuatu.

KETIGA ; Mendasari setiap perbuatan dengan konsekwensi keimanan secara lahir dan batin, terus menerus dalam hal itu seraya berdaya upaya semampunya seperti diisyaratkan ALLOH dalam AL Qur’an 29:69 : “Dan orang orang yang berjihat untuk mencari keridloan, benar benar akan Kami tunjukan kepada mereka jalan jalan Kami, dan sesungguhnya Alloh benar benar beserta orang orang yang berbuat baik “.

Secara umum ,keyakinan adalah pokok utama sedangkan segala maqam ( kedudukan ) yang mulia, akhlaq terpuji dan amal amal saleh adalah cabang cabang serta buah buahnya.Akal dan amal sesorang selalu mengikuti keyakinan dirinya, baik dalam hal kuat atau lemahnya serta sehat dan sakitnya.seperti telah dikatakn Lukman as tersebut diatas.

Adapun tingkatan tingkatan keyakinan kaum muslimin menurut Syeikh Allamah Sayyid Abdullah Haddad adalah sebagai berikut :

PERTAMA : Tingkatan kaum kanan ( ashabul yamin ), yaitu kepercayaan yang pasti dan kuat namun masih disertai kemungkinan timbulnya keraguan dan guncangan apabila datang hal hal yang dapat mempengaruhinya.Keadaan ini biasa disebut Keimanan ( Iman )

KEDUA ; Tingkatan orang orang yang didekatkan ( muqorrobin )yakni berkuasanya iman atas hati secara penuh, sedemikan rupa sehingga tidak mungkin terjadi sesuatu yang berlawanan denganya, bahkan tidak dapat dibayangkan wujudnya( adanya ) apalagi kemungkinan terjadinya.Pada tingkatan ini sesuatu yang gaib menjadi seakan akan hadir dengan jelasnya dihadapan penglihatan.Keadaan seperti ini biasa disebut : KEYAKINAN.

KETIGA ; Tingkatan para nabi dan pewaris mereka yang sempurna, yakni kaum yang tulus ( as shiddiqun ), yaitu beralihnya sesuatu yang gaib menjadi benar benar hadir denga jelas di depan penglihatan mereka.keadaan seperti ini disebut : “penyingkapan “ dan pandangan langsung ( al kasyf wal ‘iyaan ).

Diantara masing masing tingkatan terdapat perbedaan derajad yang cukup besar.Masing masing mempunyai keutamakan meskipun sebagian dari mereka lebih utama dari yang lainya.itulah karunia ILLAHI yang diberikanNYA kepada siapa saja yang dikehendakiNYA dan sungguh ALLOH adalah maha pemurah, maha pelimpah karunia yang agung.

II.MEMBAIKAN DAN MENGIKHLASKAN NIAT

Sesungguhnya setiap perbuatan bergantung pada niatnya,dan bagi setiap orang ganjaran sesuai dengan niat yang menyertai perbuatannya itu ( sabda Rosulolloh saw).Niat adalah asas segala perbuatan sehingga keduanya berkaitan dalam hal kebaikan dan keburukan, serta kesempurnaan dan kerusakan oleh karena itu marilah kita selalu memperbaiki niat, mengikhlaskan serta memikirkannya sungguh sungguh terlebih dahulu sebelum memulai sesuatu perbuatan.Janganlah kita mengucapkan sesuatu, menginginkan sesuatu atau pun berazam melaksanakan sesuatu kecuali menjadikan niat kita semata mata demi mendekatkan diri ( taqarub) kepada ALLOH, serta mengharapkan pahala yang telah ditetapkan olehNYA atas setiap amalan yang diniatkan tersebut, sesuai dengan luas karuniaNYA.Tiada suatu yang patut dijadikan sarana ber Taqarub kepada ALLOH kecuali yang telah disyariatkan NYA melalui Rosul NYA, baik hal hal yang diwajibkan ( fara idh ) ataupun yang dianjurkan ( nawafil ).

Adakalanya niat yang tulus dapat berpengaruh pada sesuatu yang netral ( mubah ) sehingga berubah menjadi amal yang dapat mendekatkan seorang kepada TUHANYA, mengingat berbagai cara atau sarana dapat memperoleh penilaian yang sama dengan tujuan.sebagai contoh kita makan suatu makanan dengan disertai niat agar badan kuat untuk melaksanakan ketaatan kepada ALLOH, atau mendatangi isteri yang syah dengan niat agar mendapatkan anak yang taat kepada Allah.Niat seperti ini dianggap tulus apabila benar benar diamalkanya, seorang yang menunutut ilmu misalnya, mengaku bahwa ia berniat pada saatnya telah memiliki ilmu, maka berniat mengamalkan dan mengajarkanya kepada orang lain.Apabila ia tidak melaksanakan niatnya itu pada saat telah memiliki kemampuan, maka niatnya yang dulu tidaklah disebut niat yang tulus.Maka marilah bersungguh sungguh agar niat kita dalam mengerjakan sesuatu adalah semata mata demi demi mencari keridloan ALLOH semata.

Makna niat dapat dibagi menjadi dua pengertian.

PERTAMA ;Niat berati menunjukan tujuan sebanarnya yang telah mendorong kita untuk ber azam ( membersitkan /mengucap dalam hati), bekerja ataupun berucap.Dengan makna ini, kerapkali niat untuk berbuat sesutau menjadi lebih utama dari pada perbuatannya sendiri bila perbuatan tersebut baik ataupun perbuatan sendiri menjadi lebih buruk daripadanya bula perbuatan tersebut buruk.Rosululloh pernah bersabda : “ Niat seorang mukmin lebih utama dari pada amalnya”.

KEDUA ;Niat berarti gerak hati kita untuk melakukan sesuatu pada saat kita hendak melakukanya.Niat dalam pengertian ini pasti lebih penting dari perbuatan itu snediri.Ketika kita berniat dan ber azam untuk melakukan sesuatu, pasti tidak terlepas dari salah satu dari tiga keadaan dibawah ini:

A. Kita ber azam lalu berbuat

B. Kita berazam, tetapi tidak berbuat kendati kita mempunyai kemampuan.keadaan pertama dan kedua ini dijelaskan dalam hadis yang dirawikan Abdullah bin Abbas dari rosululloh saw :” Sesungguhnya Allah swt telah menetapkan nilai segala perbuatan kebaikan maupun keburukan.Maka barang siapa berniat melakukan suatu kebaikan lalu tidak melaksanakannya,niscaya Allah swt akan mencatat pahalanya disisiNYA sebagai satu kebaikan sempurna.Dan bila seorang berniat melakukan sesuatu kebaikan lalu ia melaksanakan, niscaya Allah swt, akan mencatata pahalanya di sisiNYA sebagai perbuatan sepuluh kebaikan sampai tujuh ratus, bahkan berlipat ganda banyaknya.Dan bila seorang berniat melakukan suatu kejahatan lalu ia tidak melaksanakan, Allah swt akan mencatat pahalanya disisiNYA sebagai satu kebaikan sempurna, dan bila berniat melakukan suatu kejahatan kemudian ia melaksanakan pula, maka Allah akan mencatat di sisi NYA sebagi satu kejahatan”.

C. Bila kita berazam melakukan sesuatu yang kita tidak memiliki kemampuan untuk melakukanya, misalnya kita berkata : “seandainya aku mampu, pasti aku akan melkukan “.bagi orang seperti ini disediakan ganjaran seperti yang disediakan bagi pelaku, baik dalam hal kebaikan ataupun kejahatan, berdasrkan hadis nabi saw :”Manusia terbagi atas empat golongan ;seorang dikaruniai ilmu dan harta oleh Allah lalu ia membelanjakan hartanya sesuai dengan ilmunya, maka seorang lainya berkata :seandainya Allah swt memberikan seperti yang diberikan kepada orang itu, niscaya aku pun akan berbuat seperti yang diperbuatnya.Kedua orang tersebut sama sama akan memperoleh pahala.sebaliknya , seseorang dikaruniai harta oleh Allah swt, tetapi tidak dikaruniai ilmu, lalu ia brtindak ceroboh dengan hartanya disebabakan kebodohanya,lalu seorang lainya berkata; seandainya Allah memberiku harta seperti dia niscya akupun akan berbuat seperti perbuatannya, kedua orang itu sama sama berdosa.

III.MEMBAIKAN BATIN

Dalam do’a Rosulloh disebutkan :“Ya Allah jadikanlah batinku lebih baik dari pada lahirku dan jadikanlah lahirku baik pula “.do’a ini mengisyaratkan kita untuk selalu memohon agar btin kita baik, artinya selalu berusuha untuk membaikan batin kita agar lebih baik  dari lahir  yang telah baik.Menurut syeikh A.Sayyid Abdullah Hadad ; batin seorang adalah arah pandangan Alloh SWT, sedang lahirnya adalah batas pandangan makluk.Setiap kali Alloh menyebutkan hal hal rahasia (bathiniah ) dan nyata ( lahiriah ) dalam kitab suci NYA,Ia mendahulukan penyebutan yang rahasia sebelum yang nyata.Dan pada kenyataanya,bila batin baik , lahirnyapun baik, sikap laghiriah mengikuti batiniah dalam hal kebaikan maupun keburukan.Rosululloh bersabda : “didalam tubuh ada segunpal daging, bila ia baik, baiklah seluruh tubuh karenanya dan bila rusak,rusaklah seluruh tubuh karenanya .Itulah hati /kalbu.

0 komentar:

Posting Komentar