Senin, 04 November 2013

Perjalanan Menuju Yang Maha Tinggi Bagian 2

perjalanan menuju illahi BAG 2

BAB 2

PERJALANAN MENUJU ILLAHI

B. Kesadaran Universal.

Menghayati mulai dari kesadaran fisik sampai kepada kesadaran transendental dimana sejatinya manusia adalah sesuatu yang bukan fisik.

Dengan sejatinya inilah manusia menunaikan kebaktiannya kepada Allah sebagaimana fitrahnya (QS Arrum : 30).

Al qur’an telah banyak mengungkapkan tentang apa dan siapa manusia sebenarnya. Namun ungkapan ini tidak akan menjadi suatu kesadaran apabila fikiran dan perasaan jiwa kita tidak pernah dibawa ke alamnya secara nyata, bukan teori tasawuf yang sulit dimengerti. Kesadaran dimulai yang sangat sederhana.

Adalah seorang bayi yang tiba-tiba lahir dengan proses alami. Ia lahir bukan karena permintaan dan kehendaknya. Ia tidak mengerti untuk apa dilahirkan. Ia tidak punya apa-apa bahkan telanjang serta malupun tidak punya. Kemudian sekelilingnya memberikan kesadaran secara bertahap. Mulai dari pemberian nama dan identitas kelamin, dan batasan kesadaran yang sangat sempit. Ia dikenalkan dengan dirinya bahwa namanya si Anu dan jenis kelaminnya laki-laki. Diajarkannya pula nama-nama anggota tubuhnya, ini telinga, ini kepala, ini tangan, dan seterusnya.

Kesadaran ini membuat terikat kepada sebatas apa yang ia terima (ketahui). Sehingga sang diri terbelenggu dan tersesat dalam ketidaktahuan siapa yang sebenarnya diri ini. Ada ungkapan rasullullah “barang siapa mencintai sesuatu maka ia akan menjadi hambanya”.

Pakaian atau dodot dalam tembang ilir-ilir sunan Ampel adalah sesuatu yang menimbulkan ikatan pada jiwa seseorang. Dalam filsafat perenial, pakaian adalah sesuatu yang binding (mengikat) dalam jiwa manusia. Jika manusia melakukan sikap yang binding dengan dunia sekelilingnya, jiwanya akan terkungkung dan kebebasannya (kesadarannya) terbelenggu. Oleh karena itu manusia dalam hidupnya harus selalu berusaha melakukan unbinding terhadap dunia sekitarnya.

Maksudnya manusia harus mulai menyadari keterbatasan dirinya yang selama ini kita dijerumuskan oleh pengetahuan yang kita dapat, bahwa diri ini hanya terbatas pada mata, telinga, kaki serta anggauta tubuh yang kelihatan. Namun hal ini mustahil kalau saya ungkap secara detail dalam tulisan ini, sebab kesadaran ini harus dilakukan dengan latihan dan pengisian ilmu pengetahuan tentang diri secara imanen transendental (pengalaman langsung).

Mari kita perhatikan tentang apa sebenarnya tubuh ini. Hirupan nafas masuk ke tubuh, lalu sekaligus mengeluarkan zat residu berupa asam arang. Sekadar bayangan kesadaran tentang diri agaknya hal-hal di bawah ini akan menolong kita. Ibaratnya keadaan itu bisa diserupakan dengan penerangan sebuah kota, yang dialirkan oleh sentral listriknya.

Perbandingan ini menjadi semakin tajam apabila disadari dengan ilmu bahwa apa yang ada dalam kehidupan sehari-hari kita pandang (sadari) bentuk tubuh manusia adalah terbatas pada garis nyata. Sehingga kenyataan ini membuat orang tertipu oleh pengetahuan yang ia miliki.

Padahal lebih dari yang ia bayangkan, bahwa manusia baik logam, tumbuhan dan gunung adalah sebetulnya terdiri dari suatu untaian kejadian-kejadian atau proses. Dimana segala alam lahir ini tersusun oleh senyawa-senyawa kimiawi yang dinamai zarrah (atom).

Dan atom-atom ini dalam analisa terakhir adalah satu unit tenaga listrik, yang energi positifnya (proton) berjumlah sebanyak energi negatifnya (elektron). Di dalam atom ini, terus-menerus setiap detik terjadi loncatan dan pancaran (charge and park). Itulah semburan-semburan yang tidak ada hentinya dari daya listrik. Maka semburan atau loncatan yang tidak putus-putus dengan kecepatan yang sangat luar biasa ini manusia tidak mampu melihat dengan kasat mata biasa, kecuali dengan kesadaran ilmu yang cukup.

Sebagaimana Al qur’an mengungkap-kan tentang gunung yang dianggap oleh orang awam seperti diam tak bergerak :

“Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap ditempatnya, padahal ia berjalan sebagaimana jalannya awan” (An naml : 88).

Bagi orang awam sebuah gunung atau pegunungan memang tampaknya kokoh berdiri di tempatnya masing-masing. Jadi kalau benda-benda termasuk manusia yang dalam surat Al hijir 28-29 diciptakan dari esensi alam.

Maka benarlah apa yang kita namai benda adalah sebuah bongkahan besar “runtutan peristiwa” loncatan listrik. Maka disini tidak sama sekali dijumpai lagi suatu yang padat atau baku (tetap). Bahan yang dipakai untuk pembentukan alam dan manusia bukanlah benda atau zat-zat akan tetapi ialah “aksi” yaitu aliran berangkai dari peristiwa-peristiwa.

Tidaklah mengherankan bahwa dari bahan-bahan yang sangat labil ini terbentuklah alam yang selalu berubah-ubah, menjelma dari bentuk ke bentuk mengikuti suatu proses evolusi.

Sampai disini kesadaran kita sampai kepada tahapan yang agak abstrak, dimana penglihatan kita malah seakan-akan kehilangan penglihatan dimana bentuk tubuh yang selama ini kita sadari. Jelas hal ini membigungkan kesadaran yang telah lama terpatri.

Namun kita telah mencoba melakukan pembangkitan kesadaran yang lebih luas. Yaitu kesadaran dimana tubuh bukanlah apa yang kita lihat seperti ini. Tubuh adalah susunan inti materi yang setiap saat berubah dan berganti. Terbatasnya kesadaran bahwa badan bukan lagi sekedar tangan, kaki, kepala. Akan tetapi berubah meluas menjadi kesadaran universal, yaitu kesadaran yang tidak ada batas. Pada tingkat kesadaran ini kita agak bingung, yang mana sebenarnya wujud ini sebenarnya. Karena setelah ditelusuri secara rinci, bahwa badan yang tadinya disadari sebagai sosok laki-laki atau wanita yang punya rupa cantik dan gagah. Pelan-pelan terhapus oleh kesadaran yang lebih luas, yaitu kesadaran jagat raya atau disebut kesadaran makrokosmos. Bahwa wujud badan ini tidak lagi sesempit dulu, aku tidak lagi sebatas kepala, tangan, dan kaki saja. Akan tetapi badanku adalah angin yang bergerak, atom-atom yang bertebaran serta bergantian saling tukar dengan benda-benda yang lain, badanku adalah butiran-butiran zarrah yang saling mengikat, ya .. aku saling ikat dengan tumbuhan, binatang, bumi serta dengan angkasa yang maha luas. Badanku adalah jagad raya. Dimana kesadaran sudah berubah luas dan menjadi satu kesatuan dengan lingkugan kita. Kesadaran ini akan memudahkan mengidentifikasikan siapa diri sebenarnya. Setelah tahu esensi badan ini. Yaitu kesadaran hakiki yang menggerakkan dan mengatur alam semesta.

Dikatakan dalam Al qur’an : “Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. Dan bintang-bintang itu ditundukkan dengan perintah-Nya. Sesungguhnya dalam gejala-gejala itu terdapat ayat-ayat Allah -(atau tanda-tanda kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang mempergunakan akal”. (QS An Nahl 12).

Sebenarnya di dalam ayat ini tercantum juga ungkapan bahwa Allah menunduk-kan dan mengatur kelakuan matahari, bintang dan bulan dengan perintah-Nya. Peraturan inilah yang diikuti oleh seluruh alam semesta (makrokosmos), bagaimana ia harus bertingkah laku. Ia juga disebut hukum alam, atau peraturan yang diikuti oleh alam.

Lebih jelas lagi bila kita baca ayat 11 surat Fushilat : “Kemudian Dia mengarah kepada langit yang masih berupa kabut lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi : “Silahkan kalian mengikuti perintah-Ku dengan suka hati atau dengan terpaksa”. Jawab mereka : “Kami mengikuti dengan suka hati”.
Ayat ini membuktikan bahwa alam taat mengikuti segala perintah dan peraturan sang pencipta. Dan peraturan yang telah ditetapkan Allah itu tidak berubah selamanya, seperti yang telah ditegaskan dalam ayat 23 surat Al Fath : Artinya : “Sebagai sunatullah (atau peraturan Allah) yang telah berlaku sejak dahulu, sekali-kali kamu tak akan menemukan perubahan bagi sunatullah (atau hukum-hukum yang telah ditetapkan Allah) itu.

Apabila zat-zat, tubuh manusia dan benda-benda dalam alam sudah dipahami sebagai rangkaian kejadian-kejadian, serta menurut kemauan sunatullah. Maka sebenarnya atom-atom atau zarrah bergerak bukan atas kemauannya sendiri, akan tetapi ada sosok yang bukan dirinya.

Dimana atom-atom itu bergerak mengikuti kekuatan yang maha besar. Benda-benda kecil itu hanya patuh terhadap yang tidak bisa diperbandingkan dengan sesuatu. Wujud itu begitu absolut. Ternyata benda-benda ini mati. Akan tetapi ia bergerak dan dihidupkan oleh suatu kuasa yang maha besar. Itulah metakosmos yang hidup, yang perkasa, yang meliputi segala benda. Ialah Rabbul alamin..

Pada kesadaran ini sebaiknya kita berhenti sejenak dan jangan dipahami dengan pemikiran yang berlarut-larut. Biarkan Allah yang akan menuntun hati dan pengetahuan tentang ilmu selanjutnya dengan tetap mematuhkan jiwa dan tubuh kita kehadirat Allah yang maha suci.

Apabila kita meluruskan pandangan jiwa dan tubuh kita terhadap perintah-perintah-Nya (Ad dien) serta menundukkan dan memasrahkan segala ketaatan. Tubuh ini akan taat seperti taatnya alam semesta tanpa kita rekayasa, ia akan hidup seperti hidupnya alam, serta ia akan teratur seperti teraturnya matahari serta planet-planet yang tidak berbenturan. Ia akan patuh seperti patuhnya malaikat.

Demikianlah justru menurut pikiran logis, bahwa adanya diri (mikrokosmos), dan alam semesta (makrokosmos), telah mengajak kesadaran untuk sampai kepada pembuktian adanya Allah yang maha ghaib (metakosmos).
Pada pembahasan kali ini, mungkin ada hal-hal yang menyulitkan pembaca memahami hakikat diri. Untuk itu maka selanjutnya penulis akan mengajak para pembaca masuk ke dalam dunia yang lebih kongkrit, yaitu bagaimana melakukan dan memasuki dunia rohani dengan benar. Pada bab-bab berikutnya akan saya untai praktek-prakteknya dan pembaca bisa mengikuti dengan seksama.

“Ya Allah, Ajari Kami Ingat Kepada-Mu, Bersyukur & Khusyu’ Beribadah”

Bab V

Menyucikan Jiwa

Saudara-saudaraku anggota milis dzirkullah, … sementara ini, saya anggap Saudara semua sudah mengerti tetang dasar-dasar agama, … persoalan-persolan furuiyah (khilafiyah/ perbedaan pendapat) mari kita kesampingkan dulu, … kita hadapkan hati kita dan wajah kita kehadirat Allah dengan penuh tawaddhu’ dan rasa ihsan. Seandainya kebetulan saudara adalah seorang yang mahir tentang agama sementara yang lain kurang dalam hal pengetahuan agama.

Bisakah kiranya kita mencontoh sayyidina Bilal bin Rabah seorang budak berkulit hitam dan sayyidina Salman Alfarisi yang intelektualnya diacungi jempol oleh Rasulullah. Dimana keduanya sangat mencolok mata dari segi fisik dan derajat dimata manusia, namun keduanya duduk sama derajatnya dihadapan Allah tanpa melihat dia sebagai apa. Merekalah contoh orang yang mendapatkan petunjuk dan rasa iman yang tinggi serta kemakrifatan akan Tuhannya.

Saya mengingatkan kembali bahwa setiap tulisan saya, adalah bertujuan mengajak bersama-sama menelusuri kajian ” Dzauq” atau kedalaman rasa iman, yang bahkan Rasulullah menyebutnya sebagai ” halawatul iman ” (manisnya iman).

Kajian pada bab-bab sebelumnya sudah saya jelaskan secara singkat mengenai syariat, etika Islam, dan hakikat manusia , dimana didalamnya tercantum persoalan dasar untuk menelusuri jalan Allah . Kita tinggal menjalaninya dengan perlahan dan sungguh-sungguh !!

Yang pertama sekali kita perhatikan adalah sosok ” JIWA”

Allah berfirman : “Demi jiwa dan Dia yang menyempurna-kannya dan memperkenalkannya kepadanya keburukannya dan kebaikannya. Sungguh beruntung orang yang dapat mensu-cikan jiwa itu, dan merugilah orang yang mengotorkannya ( Qs91: 7-10)

Ketahuilah bahwa jiwa adalah musuh dengan wajah seorang teman. Kekejaman dan daya tipunya tidak ada habisnya. Menolak kejahatannya dan menaklukkan-nya merupakan tugas yang paling penting, karena jiwa adalah musuh yang paling buruk lebih buruk dari setan dan kaum kafir……

Untuk melatih jiwa dan membawanya kembali kepada keadaan yang sejahtera dan membuatnya meningkat dari sifat menguasai kejahatan menuju tingkat berdamai dengan Allah merupakan tugas besar. Puncak kebahagiaan manusia terletak pada penyucian jiwa. Sementara puncak kesengsaraan manusia terletak pada tindakan membiarkan jiwa mengalir sesuai dengan tabiat alamiah. Itulah sebabnya Allah befirman : “Sungguh beruntung orang yang membersihkan jiwanya dan sungguh merugi orang yang mengotorinya … ”

Alasannya karena penyucian jiwa dan latihan jiwa mengakibatkan dikenalnya jiwa, dan pengenalan jiwa menimbulkan pengetahuan akan Tuhan, sebab barang siapa yang mengenal jiwanya sendiri akan mengenal Tuhannya.

Pembersihan dari kotoran yang melekat pada jiwa, adalah salah satu fokus kita kali ini, sehingga kita benar-benar bisa merasakan bagaimana rasanya hati kita menjadi bening dan nyaman. Jiwa menjadi tenang dan akan mendapat sapaan Allah seperti dalam ayat-Nya : “Wahai jiwa yang tenang datanglah kehadirat Tuhanmu dengan keadaan ridho dan diridhai ” ( Qs Al fajr 27-28 )

Jiwa yang seperti inilah yang kita tuju. dan tentunya dengan niat dan perjuangan yang sungguh-sungguh.

Membuka Jalur Komunikasi Kepada Allah

Rasulullah pernah berwasiat kepada Sayyidina Muadz bin Jabal tentang bacaan doa yang didawamkan ” Ya Allah , ajarkan aku tentang ingat (dzikir ) kepada Engkau, dan syukur serta ajarkan kekhusyu’an dalam beribadah kepada-Mu”

Wasiat diatas merupakan pintu untuk membuka jalur komunikasi kepada Allah dimana ada hal-hal yang manusia tidak mampu mendialogkan kepada orang lain atau manusia tidak bisa menunjuki jalan yang diinginkan. Seperti yang tercantum dalam do’a Sayyidina Muadz bin Jabal diatas, hanya kepada Allah-lah kita meminta pertolongan dan petunjuk. (Qs 1:5)

Komunikasi adalah melakukan dialog langsung secara lugu dan polos sesuai dengan keadaan hati kita, tidak perlu bergaya-gaya dihadapan Allah apalagi dilagu-lagukan. Cukup diam dengan rasa rendah hati (tawadhu’), dan menjaga kesopanan dihadapan Allah, serta rasakan bahwa Allah sedang berada sangat dekat bahkan lebih dekat dari urat leher kita. Panggillah Asma-Nya yang baik-baik …. Ya Allah…Ya Allah … Ya Allah berulang -ulang dengan menghadirkan hati serta kerinduan yang dalam. Hal tersebut selalu harus terus Anda lakukan setiap habis melakukan shalat. Kemudian kalau ada kesempatan waktu lakukanlah dialog-dialog dimana saja berada karena Allah ada dimana saja anda berada.

Kalau seandainya tiba-tiba anda menangis ketika berdzikir atau bahkan ketika shalat … hal tersebut tidak perlu dirisaukan karena Alquran telah menjamin dan akan membimbing perjalanan kita … mudah-mudahan anda mendapatkan karunia dari Allah swt. Amin
( Buka surat Maryam ayat 58)

Didalam tafakkur kita sebaiknya tetap berbekal ilmu syariat , bahwa Allah bukan laki-laki juga bukan wanita atau tidak bisa dibayangkan dan disamakan dengan makhluqnya.

Mulailah setiap melakukan dialog dengan didahului membaca :

Bismillahirrahmanirrahim…..
Dua kalimat syahadat
Shalawat kepada Rasulullah

Bisa dilakukan dalam posisi berdiri, duduk , maupun berbaring ..(Annisa : 103)

Hubungkan hati kita, perasaan kita , dan coba timbulkan rasa rindu dan cinta kepada Allah. panggil Asman-Nya berulang-ulang (tanpa menghitung-hitung jumlahnya) dengan suara hati yang dalam … lakukan dengan sungguh-sungguh sehingga terasa ada sambutan yang menyeruak dalam kalbu kita … rasakan kedamaian dan keheningan yang sejuk didada … sebut terus Ya Allah …Ya Allah … Ya Allah … dan kuatkan hati kita tetap berpegang kepada tauhid hanya Allah tujuan kita, hunjamkan sampai kedalam lubuk hati yang dalam … sehingga akan ada bimbingan didalam hati kita untuk selalu ingat Allah … hati kita akan bergerak terus seakan-akan tidak mau diajak untuk berhenti … terkadang ucapan dzikirnya berubah dengan sendirinya … ya Allah …. ya Allah berganti la ilaha illallah ….dan seterusnya …

Tubuh akan semakin ringan dan pasrah … hati menjadi lebih tenang dan terang benderang … rasanya sejuk dan nyaman yang akan mengakibatkan hati menjadi lunak dan mudah terkendali.

Keadaan tubuh kadang semakin berat dirasa … getaran jiwa semakin kuat dan … emosi jiwa semakin tidak bisa dibendung, rasanya ingin sekali berteriak sekeras-kerasnya untuk mengungkapkan rasa kerinduan yang dalam kepada Allah …

Saat itulah kita pasrahkan seluruh jiwa raga kita dengan ikhlash … sehingga Allah akan berkehendak membimbing sholat … membimbing ruku’ dan membimbing hati kita untuk bersabar … ( lihat surat Azzumar 22-23)

“Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Allah (sama dengan orang yang membatu hatinya)? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata.”

Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Alqur’an yang serupa mutu ayat-ayatnya lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah, itulah petunjuk Allah …

Sebelum saya lanjutkan pada bab-bab berikutnya … se-baiknya semua pembaca mengulangi sekali lagi membaca artikel saya tentang bab syariat, bab etika Islam, dan hakikat manusia … karena disanalah dasar-dasar hukum yang saya tulis untuk bekal menuju kehadhirat Allah Swt.

Dan kali ini saya menepati janji saya untuk mengungkapkan praktek dalam tazkiyyatunnafs (pembersihan jiwa). sebab pada intinya “JIWA” lah yang menjadi penyebab kerusakan manusia … , dan pada jiwa pula manusia menjadi tinggi derajadnya disisi Allah … sedang kebersihan jiwa hanya bisa ditempuh dengan jalan mengingat Allah ( Dzikrullah ) secara terus menerus … serta … berusaha keras menghadap untuk berbakti kepada Allah kemudian berpaling dari kemauan syahwat itulah yang membersihkan dan menjernihkan hati.

Secara luas, alqur’an menggambarkan sebagai fokus dari apa yang membuat seorang manusia menjadi manusiawi, pusat dari kepribadian manusia. Dan karena manusia terikat erat dengan Allah, pusat ini merupakan tempat dimana mereka bertemu Tuhan. Pertemuan ini merupakan dimensi kognitif dan juga dimensi moral.

Karena hati merupakan pusat sejati dari seorang manusia. Tuhan menaruh perhatian khusus padanya dan kurang begitu memperhatikan amalan-amalan aktual yang dilakukan orang-orang “Tidak ada celanya jika kamu berbuat salah, kecuali jika hatimu menyengaja” (Qs 33:5)

“Tuhan tidak akan menghukummu karena sumpah yang tidak disengaja, akan tetapi Tuhan akan menghukummu karena sumpah yang disengaja oleh hatimu . Dan Tuhan maha pengampun lagi maha penyantun ( Qs 2:225)

Dan sebuah Hadist menyatakan bahwa ” Allah tidak melihat badanmu atau bentukmu ,melainkan kedalam hatimu ”

Karena hati adalah tempat yang dilihat Tuhan, ia merupakan kunci menuju kemunafikan, watak yang paling buruk dalam pandangan muslim. ” Tuhan tahu apa yang ada dalam hatimu (Qs 33:51)

Hati adalah tempat dimana Tuhan mengungkapkan diri-Nya sendiri kepada manusia . Kehadiran-Nya terasa didalam hati, dan wahyu diturunkan kedalam hati para Nabi .

” (Jibril ) menurunkan wahyu kedalam hati nurani mu dengan izin Tuhanmu , membenarkan wahyu sebelumnya , ………( Qs 2:97)

Selanjutnya persoalan hati akan saya bahas secara khusus pada kesempatan yang akan datang … insya Allah. Selamat mencoba ……

“Ya Allah, Ajari Kami Ingat Kepada-Mu, Bersyukur & Khusyu’ Beribadah”

Bab VI
Hati

Banyak ahli muslim terutama yang memperhatikan masalah akhlak kepada Allah, mengemukakan bahwa hati manusia merupakan kunci pokok pembahasan menuju pengetahuan tentang Tuhan. Hati, sebagai pintu dan sarana Tuhan memperkenalkan kesempurnaan diri-Nya. “Tidak dapat memuat dzat-Ku bumi dan langit-Ku, kecuali “Hati ” hamba-Ku yang mukmin lunak dan tenang (HR Abu Dawud ). Hanya melalui “hati manusialah” keseimbangan sejati antara Tuhan dan kosmos bisa dicapai.

Al qur’an menggunakan istilah qalb (hati) 132 kali, makna dasar kata itu ialah membalik, kembali, pergi maju mundur, berubah, naik turun. Diambil dari latar belakangnya hati mempunyai sifat yang selalu berubah, sebab hati adalah lokus dari kebaikan dan kejahatan, kebenaran dan kesalahan.

Hati adalah tempat dimana Tuhan mengungkapkan diri-Nya sendiri kepada manusia. Kehadiran-Nya terasa didalam hati, dan wahyu maupun ilham diturun-kan kedalam hati para Nabi maupun wali-Nya.

“Ketahuilah bahwa Tuhan membuat batasan antara manusia dan hatinya, dan bahwa kepada-Nya lah kamu sekalian akan dikumpulkan” ( QS 8: 24)

“(Jibril) menurunkan wahyu kedalam hati nuranimu dengan izin Tuhan, membenarkan wahyu sebelumnya, menjadi petunjuk dan kabar gembira bagi orang-orang yang beriman” (QS 2:97)

Hati adalah pusat pandangan , pemahaman , dan ingatan ( dzikir)

“Apakah mereka tidak pernah bepergian dimuka bumi ini supaya hatinya tersentak memikirkan kemusnahan itu, atau mengiang ditelinganya untuk didengarkan ? sebenarnya yang buta bukan mata , melainkan ” hati” yang ada didalam dada.” (QS 22:46)

“memang hati mereka telah kami tutup hingga mereka tidak dapat memahaminya, begitu pula liang telinganya telah tersumbat” (QS 18:57 )

“Apakah mereka tidak merenungkan isi Alqur’an ? atau adakah hati mereka yang terkunci ?” (QS 47:24)

“Janganlah kamu turutkan orang yang hatinya telah Kami alpakan dari mengingat Kami (dzikir), orang yang hanya mengikuti hawa nafsunya saja, dan keadaan orang itu sudah keterlaluan” (QS 18:28)

“Sesungguhnya telah Kami sediakan untuk penghuni neraka dari golongan jin dan manusia; mereka mempunyai hati, tetapi tidak menggunakannya untuk memaha-mi ayat-ayat Allah, mereka mempunyai mata, tetapi tidak dipergunakan untuk melihat, mereka mempunyai telinga tetapi tidak dipergunakan untuk mendengar. Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka adalah orang -orang yang alpa (tidak berdzikir)” ( Qs 7:179 )

Iman tumbuh dan bersemayam didalam hati ,begitu juga kekafiran, kemungkaran serta penyelewengan dari jalan yang lurus. Oleh sebab itu, Allah tetap menegaskan bahwa perilaku seseorang tidak bisa hanya sekedar syarat sah rukun syariat saja, akan tetapi harus sampai kepada pusat iman yaitu ” hati “.

Mungkin kita hampir lupa bahwa peribadatan selalu menuntut pemurnian hati (keikhlasan ), sehingga akan menghasilkan sesuatu yang haq serta dampak iman secara langsung.

Iman yang pernah diikrarkan oleh kaum Arab badwi dihadapan Rasulullah bukan kategori iman yang sebenar-nya, sehingga seketika itu Allah menurunkan wahyu untuk memperingatkan kepada mereka (Arab badwi) “Orang-orang Badwi itu berkata : “kami telah beriman “. Katakanlah (kepada mereka) ” Kamu belum beriman ” ,tetapi katakanlah ” kami telah tunduk “, karena iman itu belum masuk kedalam hatimu (Qs 49:14).

Iman yang benar mempunyai ciri tersendiri dan diakui oleh alqur’an. Ia tertegun dan terharu tatkala nama Allah disebut … dan bahkan ia terdorong ingin meluap-kan kegembiraan dan kerinduannya dengan menjerit seraya bersujud dan menangis. Bergetar hatinya dan bertambahlah imannya. Ia begitu kokoh dan mantap dalam setiap langkahnya karena keihsanan bersama dengan Allah yang selalu menjaga. Ia akan selalu berbisik kedalam lubuk hatinya tatkala menghadapi persoalan dan kesulitan didunia, karena disitulah Allah meletakkan ilham sebagai pegangan untuk menentukan sikap. Sehingga kaum beriman akan selalu terjaga dalam hidayah dan bimbingan Allah Swt.

Firman Allah Swt :

“Suatu musibah tidak akan menimpa seseorang kecuali atas izin Allah. Dan barang siapa yang beriman kepada Allah, tentu Dia akan menunjuki “hatinya”. Dan Tuhan Maha Mengetahui segala-galanya” ( Qs 64:11)

” Keimanan telah ditetapkan Allah ke dalam ” hatinya ” serta dikokohkan pula Ruh dari diri-Nya” (Qs 58:22 )

“Dan kami tunjang pula mereka dengan petunjuk , dan kami teguhkan hati mereka” ( QS 18 : 13-14)

“Dialah yang telah menurunkan ketentraman didalam hati orang-orang yang beriman supaya bertambah keimanannya di samping keimanan yang telah ada” (QS 48:4)

Syetan menggantikan kedudukan Allah bersemayam di istana hati manusia yang lalai. Allah akan memalingkan dan menghinakan orang yang lalai akan Allah , Allah akan mengunci dan mematikan hati sehingga ia diberi gelar ” binatang ternak! Bahkan lebih sesat dari itu. Kalau sampai terjadi seperti ini maka tertutuplah hati untuk menerima cahaya dari Allah Swt. Maka tidak heran jika perbuatan nya akan cenderung mengikuti langkah-langkah syetan yang dilarang oleh Allah, syetan menggantikan posisi Allah menduduki hati yang tertutup dan dialah yang akan menasehati dan membimbing kejalan yang sesat. Kekejian itu akan menyeruak kedalam kalbu melalui hembusan ilham sehingga akal fikiran tidak mampu menghalau datangnya petunjuk tersebut. Marah dan benci tidak pernah direncanakan, akan tetapi ia datang langsung kepusat hati, dan tubuh tanpa daya mengikuti kemauan sihir sang iblis . Hati menjadi buta …….. !!!

Allah berfirman :

“Barang siapa yang berpaling dari pengajaran Allah Yang Maha Pemurah, Kami adakan baginya syetan (yang menyesat- kan) maka syetan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertai” ( Qs 43 : 36 )

“Hai orang- orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syetan, maka sesungguhnya syetan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar. Sekiranya tidaklah karena karunia Allah dan rahmat-Nya niscaya tidak seorangpun dari kamu sekalian bersih (dari perbuatan keji dan mungkar) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. ( QS 24: 21 )

Iman dan kafir terletak didalam hati, Allah telah membeberkan berikut contoh-contohnya antara orang yang dibukakan hatinya dan yang ditutup hatinya, serta perilaku keduanya. Maka keputusannya terletak kepada kebebasan manusia itu sendiri untuk memilih jalan yang sesat ataupun yang lurus. Karena disitu akan mendapatkan bimbingan langsung baik jalan kesesatan maupun jalan ketaqwaan.

Firman Allah : “Demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaan-Nya), Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaanya. Sungguh beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu dan merugilah orang yang mengotorinya”. (Asy Syams 7-10 )

Ayat diatas memberikan pengertian atas pentingnya membersihkan jiwa, sehingga apabila hal ini terjadi, maka Allah-lah yang akan membimbing ketaqwaan, keimanan, serta ketulusan. Namun sebaliknya Allah akan menistakan manusia yang melalaikan akan Allah serta mengotori hatinya dengan mengirim musuh Allah sebagai penasehat dan menuntunnya kejalan kesesatan.

Kemudian apa langkah selanjutnya, serta bagaimana terapi untuk mengembalikan hati yang sudah terlanjur karam dilumpur nista ?

Pertama kita sudah memahami bahwa, penyebab utama dari ketidak mampuan berbuat baik dan kesulitan menjaga dari perbuatan keji dan mungkar serta tidak didengarnya setiap doa , adalah ” tertutupnya mata hati oleh NUR ILAHY “.

Kedua , konsentrasikan masalah mengurus hati dulu, jangan mempersoalkan hal yang lain, karena “hati sedang menderita sakit kronis. Kita harus perhatikan dengan sungguh-sungguh, dan memasrahkan diri kepada Sang Pembuka Hati .. Dialah yang menutup hati kita, membutakan, mentulikan, dan mengunci mati dan tidak memberikan kefahaman atas ayat-ayat Allah yang turun kedalam hati.

Mari kita perhatikan kedalam, kita jenguk hati kita yang sedang berbaring tak berdaya, disitu terlihat syetan dengan leluasa memberikan wejangan dan petunjuk bagaimana berbuat keji dan mungkar. Ia menuntun pikiran untuk menerawang keangkasa, mengajaknya mi’raj keangan-angan panjang dan melupakannya ketika badan sedang Shalat, sedang berwudhu’ dan membaca Alqur’an dan ibadah yang lain.

Kita sudah beberapakali mencoba menepis ajakan itu namun apa daya kekuatan iblis memang luar biasa, kita bukan tandingannya untuk melawan dan mengusir nya. Ia ghaib dan licik … ia berjalan melalui aliran darah manusia, ia bisa menembus tembok ruang dan waktu , ia ada dalam fikiran, dan bahkan bersemayam didalam hati manusia. Cukup sudah usaha kita untuk melawannya, namun gagal dan gagal lagi…. …

Namun ada yang yang tidak ” MATI “, yaitu diri sejati yang selalu melihat keadaan hati kita yang sakit. Ialah “Bashirah” (Al qiyamah: 14), ia tidak pernah bersekongkol dengan syetan, Ia yang mengetahui kebohongan hati, kejahatan, dan ia selalu mengikuti fitrah Allah, ia jujur, tawadhu’, khusyu’, kasih sayang dan adil ( lihat tafsir sofwatut tafasir, oleh prof Ali Assobuni).

Kita harus cepat mendengarkan suara dia yang selalu mengajaknya ke arah kebajikan, Ia sangat dekat dengan Allah, Ia sangat patuh, Ia penuh iman, Ia berbicara menurut kata Allah ( ilham), dan kedudukannya sangat tinggi diatas Syetan dan jin sehingga mereka tidak bisa menembus untuk menggodanya ( As Shafat:8 ) .

Anda bisa merasakannya sekarang … tatkala anda berbohong, ia berkata lirih … kenapa kamu berbohong … ia tidak tidur tatkala kita tidur … ia melihat tatkala kita bermimpi dikejar anjing … ia melihat ketika jin menggoda dan syetan menyesatkan, namun hati tidak kuasa mengikuti kata bashirah yang oleh Allah digelari ” RUH-KU”.

Maka beruntunglah orang yang membersihkan jiwanya dan celakalah orang yang mengotorinya ( As Syam :9-10)

Kita kembali kepada persoalan hati ,

Mari kita perbaiki hati kita dengan cara mendatangi Allah, kita serahkan persoalan ini … kerumitan hati yang selalu ragu-ragu … ketidak mampuan menahan syahwat yang bergolak keras …

Mari kita contoh Nabi Yusuf ketika gejolak nafsu sudah menguasai hatinya, Ia tidak kuasa lagi menahan syahwatnya tatkala Julaiha datang menghampiri untuk mengajaknya berbuat mesum … Ia cepat berpaling dan menghampiri Allah dan mengadukannya keadaan syahwatnya yang terus menerus mengajak kepada keburukan.

Kemudian Allah mendatangkan rahmat-Nya dan memalingkan hatinya, mengangkat kekejian didalam hatinya, dan akhirnya Nabi Yusuf terbebas dari perbuatan yang dilaknat Allah Swt.

Allah sendiri yang akan memalingkan hati dari perbuatan keji dan mungkar sehingga terasa sekali sentuhan Ilahy tatkala mengangkat kotoran hati dengan cara menggan-tikannya dengan perbuatan baik dan ikhlas .

Allah berfirman : “Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan per-buatan itu) dengan Yusuf, dan Yusufpun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu, andaikata dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, agar Kami memalingkan daripadanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih (ikhlash)” ( Yusuf :24 )

Mungkin kita masih ragu-ragu … apa mungkin kita bisa mendapatkan burhan dan bimbingan Allah dalam menghindari perbuatan keji dan mungkar ?

Mari kita hindari prasangka yang buruk terhadap Allah, kita timbulkan rasa percaya bahwa hanya Allah lah yang mampu memberikan hidayah dan bimbingan serta mencabut persoalan yang kita hadapi.
Pada bab penyucian jiwa, telah saya sampaikan praktek berkomunikasi kepada Allah. saya mengharap anda telah melakukannya dengan penuh hudhu’ dan ikhlas, sehingga anda juga akan dibukakan rahmat dan hidayah-Nya. Amin….

Mari kita kembali mecoba berkomunikasi kepada Allah seperti tercantum dalam bab sebelumnya.

Ketika Allah membuka Hidayah kedalam ” Hati ”

Hilangkan rasa takut tersesat didalam menempuh jalan ruhani … bekal kita adalah tauhid, lambungkan jiwa melayang menuju Allah … dekatkan dan berbisiklah dengan kemurnian hati … jangan menghadap dengan konsentrasi pikiran, sebab anda akan mengalami pusing dan tegang.

Usahakanlah tubuh anda rileks dan pasrah … biarkan hati bergerak menyebut Asma-Nya yang Maha Agung … Ajaklah perasaan dan fikiran untuk hadir bersujud dihadapan-Nya.

Jangan hiraukan kebisingan diluar … usahakan hati tetap teguh menyebut nama Allah berulang-ulang … sampai datang ketenangan dan hening serta rasa dingin didalam kalbu … kalau anda mengalami pusing dan penat … berarti cara berdzikirnya menggunakan kosentrasi didalam fikiran, maka ulangi dengan cara berkomunikasi didalam jiwa / hati … Mohonlah kepada Allah agar dibukakan hati dan dimudahkan menempuh jalan menuju makrifat …

Biasanya … kalau kita mendapatkan ketenangan dan kekhusyu’an didalam berkomunikasi dengan Allah … mula-mula hati menjadi sangat terang … mudah sekali menangis terharu tatkala kita menyebut Asma-Nya … kita tidak kuasa membendung air mata ketika shalat … membaca Alqur’an dan melihat keagungan Allah yang lain … hati sering bergetar manakala kita berhadapan dengan-Nya … badan turut berguncang dan berat dirasa seakan ada yang mendorong untuk bersujud dan menangis … keihsanan dan tauhid kepada Allah bertambah kuat.

Keyakinan bertambah lekat, serta perubahan demi perubahan didalam kalbu semakin terlihat. Perilaku kita akan dibimbing … perilaku hati yang semula kaku dan cenderung kasar berubah dengan sendirinya ..menjadi lembut … Yang semula shalat fikiran turut melayang-layang berubah dengan kekhusyu’an dan terasa nikmatnya … dan seterusnya …

HAL INI TIDAK AKAN PERNAH TERJADI, APABILA KITA HANYA MENJADIKAN ARTIKEL INI SEBAGAI REFERENSI ILMU YANG HANYA UNTUK DIPERDEBATKAN, LALU DISIMPAN DALAM ALMARI …

Untuk lebih jelasnya mari kita lanjutkan perjalanan kita ini dengan mengikuti bagaimana Allah mengajarkan manusia , binatang , para Nabi dan Rasul. Selanjudnya anda akan saya ajak berguru kepada Yang Maha Mursyid … Maha Mengetahui, Maha guru dari segala guru, Yang Maha Sakti.

Dialah yang mengajarkan manusia apa-apa yang belum diketahuinya. Dia mengajarkan binatang lebah untuk membuat sarangnya. Dan … kepada Dia lah segala makhluk bergantung … Dialah Sang Guru Sejati … Gurunya para Guru … Gurunya para Nabi dan Rasul gurunya para Wali dan gurunya KITA yang bertaqwa !!!

“Ya Allah, Ajari Kami Ingat Kepada-Mu, Bersyukur & Khusyu’ Beribadah”

Bab VII

Berguru Kepada Allah

Kalimat “berguru kepada Allah” terasa asing ditelinga kebanyakan orang. namun saya terdorong untuk menggu- nakannya sebagai topik bahasan yang ingin saya paparkan. Saya melihat dari sisi yang lain dari setiap pengajaran suatu ilmu yang disampaikan oleh para guru maupun para pakar. Mereka adalah orang-orang yang mendapatkan ilmu dari membaca buku yang tersusun dari huruf-huruf maupun membaca dari setiap kejadian-kejadian unik dari fenomena alam semesta ini.

Apabila kita perhatikan surat Al alaq ayat 1-5, Allah menjelaskan apa yang dimaksud dengan kata “membaca” “Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah, dan Tuhanmu Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam, Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”.

Ayat diatas jelas sekali bagaimana Allah mengajarkan membaca dengan melihat suatu kejadian penciptaan “manusia” mulai dari bentuk mudhgah (segumpal darah) hingga menjadi bentuk manusia yang sempurna. Kalau kita runtun serangkaian kejadian tersebut dengan teliti dan kita bisa ceritakan kembali kepada orang lain maka secara tidak sadar kita telah mengajarkan sebuah “ilmu”.

Dan kalau kita khususkan lebih dalam penelitian kita atas peristiwa kelahiran manusia mungkin kita akan lebih banyak mengetahui seperti halnya kejadian yang akan kita perhatikan. Ovum atau sel reproduksi wanita yang telah dewasa itu ditempatkan dalam jaringan yang berbentuk bisul dipermukaan indung telur. Pada saatnya yang tepat ,terbukalah pintu, dan ovum itu bergerak maju kebagian ruang peranakan. Sangat mengherankan, sel tersebut tidak musnah disini, tetapi diarahkan keujung saluran indung telur, yaitu satu pipa saluran menuju kandungan.

Ovum atau sel reproduksi wanita didorong kedalam kandungan melalui saluran indung telur dengan sejumlah besar jari-jari halus yang menyapu sel itu dan menggerakkannya. Sementara sel tersebut melewati saluran indung telur, maka sekarang ia dapat bertemu dengan sperma apabila hubungan kelamin diadakan pada saat itu. Apabila tidak ada sperma laki-laki yang menyerang, ovum itu kemudian bergerak di dalam kandungan, pada akhirnya musnah disana.

Namun jikalau kedua sel itu bersatu, maka “hidup baru pun mulailah”, sel baru ini akan bergerak secara perlahan untuk meneruskan perjalanannya dalam saluran indung telur, hingga sampai dikandungan. Disanalah ia bermukim selama sembilan bulan. Kemudian sel itu berkembang menjadi bayi yang sempurna. Subhanallah .. ternyata kita bukan apa-apa, dan kita hanya menyaksikan sebuah peristiwa berlangsung. Kita hanya sebagai saksi atas ‘pekerjaan’ Allah yang logis dan mudah dicerna oleh siapa saja yang mau berpikir.

Dengan cara demikian Allah berkomunikasi memberikan ajarannya melalui perantara “kalam” sehingga manusia menjadi tahu dan berilmu. Dari setiap system yang berlaku dalam penciptaan tersebut Allah sekaligus mengilhamkan sebuah “pengertian” atau kefahaman bagi si pembaca.

Mari kita pertegas lagi dengan surat al mu’minun ayat 12-14 :

“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah, kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim) Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah ,lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging . dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang-belulang. Lalu tulang-belulang itu Kami bugkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang ( berbentuk) lain. Maka Maha suci Allah, Pencipta yang paling baik”.

Banyak orang mengajarkan ilmu kepada muridnya namun ia tidak mampu memberikan kefahaman, … banyak guru mengajarkan ilmu agama namun ia tidak bisa memberikan secuil iman, dan banyak guru mengajarkan shalat dan rukunnya namun ia tidak bisa memberikan kekhusyu’an.

Dan banyak majelis pembersihan jiwa namun ia tidak bisa membersihkan jiwanya (An Nur 21)

Ada peristiwa menarik yang perlu kita simak dari sekitar lingkungan kita sehari-sehari … Saya mengajak pembaca untuk memperhatikan perilaku binatang dan tumbuh-tumbuhan yang terkadang terlupakan bagi kita untuk mengambil pelajaran.

Ada yang ingin saya ungkapkan sebuah rahasia Allah, saat kita bertutur mengenai perilaku binatang dan tumbuh-tumbuhan, bagaimana lebah menciptakan sarangnya dengan arsitektur yang indah, para semut yang bekerja dengan tekun dan kompak serta mengelompokkan dalam pekerjaan dengan menajemen yang sangat rapih. Dan kita perhatikan seperti apakah sarang semut itu? Mereka membuat sarang terdiri dari ruangan-ruangan yang berfungsi sebagai gudang tempat menyimpan makanan, ruang untuk menyimpan larva, ruang makan ratu semut yang dilayani semut pekerja dan tempat bertelur, kemudian telur semut tersebut dibawa oleh pekerja ke ruangan khusus penyimpanan telur. Ruang semut jantan dan ruang semut betina terpisah. kepompong yang sudah menjadi semut sempurna diletakkan pada ruangan tersendiri dan para semut ada yang bertugas merobek kepompong untuk mengeluarkan semut-semut yang masih bayi. Kita lihat diruangan yang lain, semut-semut ini memelihara kepompong kupu-kupu hairstreak. Mereka merawatnya dan memberinya makanan layaknya bayinya sendiri. Mereka mengharapkan kelak anak angkatnya ini mampu membalas jasa baiknya dengan memberi madu yang manis.

Mari kita tinggalkan rumah semut yang damai dan sejahtera, menuju istana rayap yang penuh keajaiban. Sebuah gundukan tanah sarang rayap, yang kelihatannya sepele ternyata ada sebuah kecerdasan yang mengalir pada diri para penghuninya … bagaimana tidak, saat suhu udara diluar bergerak antara 35 derajad ( pada malam hari) hingga 104 derajad fahrenheit (pada siang hari), suhu didalam sarang tetap stabil. Kira-kira hanya 87 derajad fahrenheit kehebatan ini yang membuat arsitek di Zimbabwe berguru pada rayap. Mereka ingin membuat rumah yang dingin seperti rumah rayap. Ternyata ada sebuah lobang angin dibawah gundukan … udara yang hangat disiang hari mengalir keseluruh ruang. Sementara ruang-ruang itu telah basah oleh lumpur yang dibawa rayap dari genangan dibawah tanah, makanya, didalam sarang udara tetap lembab. Jadi tak heran jika jamur yang dibutuhkan rayap sebagai makanan tumbuh subur disini.

Belajar dari melihat dan memperhatikan apa yang dilakukan rayap, para arsitek pearce partnership di Harare, Zimbabwe, menerapkan ide yang sama untuk mebangun sebuah komplek perkantoran dan real estate. Maka berdirilah bangunan Eastgate. Banguan tersebut sebenarnya terdiri dari dua bangunan. Dibagian atapnya dihubungkan oleh semacam jembatan miring berbahan kaca, sehingga angin menjadi bebas masuk pada malam hari. Kipas-kipas yang dipasang disetiap ruangan mengalirkan udara dingin dari luar atrium. Udara masuk rongga dilantai dasar. Persis seperti lubang rayap, dibagian dasar ini, udara segar mengalir kesetiap ruang perkantoran melalui ventilasi lantai. Udara panas disiang hari akan keluar gedung melalui cerobong diatas atap.

Kita perhatikan makhluk yang tidak memliki akal dan tiada mampu berfikir, makhluk yang tiada daya namun siapa yang membekali ia kemampuan bersiasat, berpengertian ? Memiliki tingkat kecerdasan yang luar biasa. Bagaimana mereka mendapatkan kecerdasan dan berpengertian tersebut. Apakah mereka bisa dengan sendirinya.

Allah lah yang bertutur kata kepada semua makhluknya. Allah yang memberikan wahyu kepada para Nabi, kepada ibu Musa, kepada lebah, kepada semut, kepada langit dan bumi, kepada manusia, kepada pencuri sekalipun !

Semua makhluk telah mengikuti kehendak Ilahi dan perintah Ilahi dengan terpaksa ataupun suka cita. Allah membuat hukum yang harus diikuti semua makhluk, hal ini bisa kita rasakan dalam renungan yang hening kita perhatikan keluar masuknya nafas kedipan mata dan degup jantung yang bergerak mengalirkan darah sambil mengirimkan nutrisi menggantikan sel-sel yang hilang indahnya penglihatan memandang alam … suara debur ombak menggema menembus telinga .dan lidah merasakan lezatnya buah-buahan dan biji-bijian. Oh .. alangkah indahnya semuanya ini, manusia hanya bisa merasakan dan menyaksikan. Tidak sedikitpun kita ikut andil dalam membuat rasa semua ini !!!!

Rasakan dengan penuh hikmah bahwa kita sebenarnya hanya diam terpaku dalam kesibukan Allah (Af’alullah), Allah yang menggerakkan bumi dan bintang-bintang Allah yang mengatur senyawa-senyawa bereaksi .dan butiran-butiran atom bergerak pada porosnya.

“dan Allah telah mengeluarkan kamu dari perut ibumu tidak mengetahui apa-apa, kemudian Allah memberi kepada kamu pendengaran dan penglihatan serta pikiran (perasaan), supaya kamu bersyukur (An Nahl : 78)

Firman Allah :
“Kemudian Dia mengarah kepada langit yang masih berupa kabut lalu Dia berkata kepadanya dan pada bumi; silahkan kalian mengikuti perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa. jawab mereka: kami mengikuti dengan suka hati” (Fushilat ayat 11)

Mari kita perhatikan alquran dalam surat Fushilat ayat 12 : “Maka Allah menjadikannya tujuh langit dalam dua hari dan “mewahyukan” perintah-Nya pada tiap-tiap langit itu, dan Kami hiasi langit dunia dan pelita-pelita dan Kami memeliharanya, Demikianlah ketentuan yang Maha Perkasa lagi Maha mengetahui”

Allah mengajarkan manusia apa-apa yang belum diketahuinya. Allah lah yang menuntun manusia, memberikan inspirasi, ilham dan wahyu. Tubuhnya patuh mengikuti perintah Tuhannya tidak terkecuali orang kafir. Sunnah-sunnah Allah berlaku kepada alam semesta baik yang mikro maupun yang makro.

Syaikh imam An Nafiri berkata ” Tuhanku bertutur kata kepadaku” Demi keimanan bahwa sumber segala hakikat dan sumber segala pengilhaman ialah Allah Swt semata

Baiklah kita nukilkan apa yang tertera dalam kitab suci Alquran setiap yang disebut wahyu itu adalah wahyu tasyri’ atau wahyu syariat, tetapi ada wahyu ilham. dimana Allah memberikan perintah-perintah atau instruksi-instruksi kepada makhluknya.

Firman Allah Swt:

Dan Tuahanmu ” mewahyukan” kepada lebah (An nahl 16:18)
Dan kami ” wahyukan ” kepada ibu Musa ( Al Qashas 28:7)
Dan Ia “mewahyukan” kepada tiap-tiap langit itu urusan masing-masing ( Fushilat 41:12)

Kata “wahyu” yang tertera dalam ayat-ayat diatas , secara tegas bahwa Allah tidak menutup-nutupi kepada pembaca, bukan siapa-siapa yang membisikkan dan menggerakkan tubuh manusia yang oleh pakar biasa disebut alam kecil atau gambaran mini tentang alam semesta. Dialah Allah yang bersembunyi dibalik kasat mata manusia yang buta hatinya. yang menggerakkan bumi , langit , bintang-bintang, matahari … dan mengajarkan lebah berdemokrasi dalam memilih pimpinan dan perundang-undangan pemilihan. Ia menuntun lebah-lebah ini untuk membuat konstruksi bangunan rumahnya yang indah. Masing-masing dibekali wahyu dari tuhan-Nya untuk melaksankan tugasnya dengan sempurna. Mereka seperti rasul-rasul sang utusan, mereka begitu mematuhi perintah-Nya tanpa membantah, sehingga jalan mereka tidak berbenturan dengan fitrah Allah Yang Maha Suci.

Berpegang pada hasil kontemplasi pada alam semesta yang berada disekililling kita, baik yang jauh seperti galaksi atau bimasakti, bintang, matahari, bulan, maupun yang dekat seperti bumi, gunung, lautan, angin, hujan dan sungai, semua makhluk yang dikatakan tak bernyawa, dan makhlukmakhluk hidup seperti tumbuh-tumbuhan, binatang, dan manusia, kita telah berhasil memberikan penafsiran dan pengertian yang menunjukkan adanya kecocokan antara ayat-ayat Allah didalam kitab suci Alquran dengan ayat-ayat Allah dialam semesata.

Dengan perkembangannya dan sempurnanya sains kita akan mempunyai informasi yang lebih banyak ayat-ayat Alquran, yang sekarang belum kita fahami, dan lebih mendalam lagi ayat-ayat Alquran yang kini telah dapat kita fahami sedalam apa yang dapat disajikan sains pada saat ini.

Keadaan ini dapat kita capai karena kita mengikuti perintah Allah untuk berintizhar pada alam semesata itu agar kita dapat melihat ayat-ayat Allah ,tanda kebesaran Allah, tanda-tanda kekuasaan-Nya serta wahyu-Nya. Ayat-ayat Allah ini boleh dibaca oleh siapa saja dan mereka akan medapatkan hikmahnya dan manfaat dari hasil membaca ayat-ayat tersebut.

Maka jangan salahkan orang kafir kalau mereka bersungguh-sungguh meneliti dan mendata apa yang mereka baca dari kejadian alam lalu mendapatkan ganjaran atas manfaat membaca ayat kauniah. Dan sebaliknya Allah akan membiarkan ummat Islam terkapar, jika memang ia tidak mau menjalankan syari’at secara kauniah yang merupakan ketetapan dan sunnah-sunnah-Nya.

Nyata pula bahwa melalui jalan intizhar pada isi bumi, baik yang hidup maupun yang mati serta atom dan molekul, Allah mengungkapkan hukum-hukum alam-Nya, dan mengizinkan kita untuk meng-analisis kembali bagaimana bumi tercipta dan berkembang, dan makhluk hidup diciptakan serta dievolusikan Allah dalam rangka penyemurnaannya hingga tercipta manusia.

Sekalipun ia tersusun dari zat-zat kimiawi yang berkelakuan sesuai ketetapan sunnatullah, manusia bukan sekedar onggokan bahan kimia atau struktur kimiawi yang mengikuti hukum-hukum alam hingga merupakan mekanisme yang memperlihatkan gejala hidup, bermetabolisme, tumbuh, berkembang biak dan sebagainya. Dalam diri manusia terdapat suatu kesadaran, sesuatu yang tak dapat dikembalikan pada proses kimiawi atau fisis yang kita ketahui. Kita lihat dalam surat alhijr 28-29

“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari Lumpur hitam yang berstruktur, maka apabila Aku telah meniupkan kepadanya roh-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.”

Jadi manusia diberi roh oleh Allah, diberi kesadaran serta kemampuan abstraksi dan berkomunikasi secara lisan maupun simbolik, kemampuan analisis dan sintesis, berakal dan berpikiran. Kesemuanya itu merupakan intrumen yang disediakan dalam rangka untuk menjalankan tugas kekhalifahan. Pada bab-bab sebelumnya sudah saya singgung mengenai Allah mengilhamkan kepada jiwa manusia. Dia yang mengajarkan jiwa manusia melalui kalam baik tentang jalan kebajikan maupun jalan kejahatan. Dimana kejahatan dan kebajikan hampir tidak bisa dibedakan dalam penggunaannya. Ilmu yang yang digunakan oleh koruptor dalam mencuri uang perusahaan misalnya, ia menggunakan ilmu yang sama dengan ilmu yang digunakan oleh orang yang beriman yaitu “ilmu akunting”.

Jadi jelas bahwa Allah telah menurunkan ilmu kepada manusia melalui jiwanya, namun manusialah yang akan menentukan ilmu itu akan diarahkan kemana ia mau. Apakah jalan kebajikan ataupun jalan kejahatan. Maka beruntunglah bagi manusia yang membersihkan jiwanya sebab ia akan diberikan kemudahan oleh Allah untuk melakukan kebaikan-kebaikan. Dan sebaliknya sungguh merugi orang yang mengotori jiwanya sebab ia akan mendapatkan jalan kemudahan untuk berbuat kejahatan.

Dari semua uraian diatas mengenai bagaimana Allah mengajarkan manusia melalui kalam-Nya, mari kita merenungkan kembali dan melihat kebenaran dengan jujur, jangan kita membuat apologi untuk menghindar dari kebenaran yang nyata atas perbuatan Allah.

Terkadang kita banyak terjebak oleh istilah yang membingungkan dan menjauhkan kita dari kegiatan Allah yang langsung kita bisa rasakan. Kebingungan kita bertambah tatkala ilmuwan-ilmuwan atheis mengatakan bahwa semua kejadian alam ini bisa bergerak dengan sendirinya atau biasa disebut “natural”, insting atau gharizah Namun Alquran secara tegas membantah pendapat kaum atheis itu, bahwa Allah-lah yang mengatur semuanya ini, Allah-lah yang berbicara dan memerintahkan langit, bumi, atom-atom, kepada binatang serta tumbuh-tumbuhan, kemudian Allah berbicara kepada roh manusia melalui ilham dan wahyu. Lantas mengapa kita takut mengatakan “saya berguru kepada Allah ” dalam segala hal,karena Dialah Yang Maha Mengetahui akan segala sesuatu yang nyata maupun yang ghaib.

Banyak orang meragukan bagaimana kalau kita “tersesat” dan ternyata syetan yang menjadi guru kita? Saya akan kutib perkataan Syaikh Ar Rifa’i, dalam kitab Jalan Ruhani oleh Syaikh Sa’id Hawwa hal73 : “Sebenarnya tujuan akhir para ulama dan para sufi adalah satu”. Ini perlu kami utarakan disini, sebab beberapa ulama yang kurang faham selalu menghujat setiap orang dengan perkataan: “Orang yang tidak memiliki syaikh, maka syaikh-nya adalah syetan. ungkapan ini dilontarkan oleh seorang sufi yang berpropaganda untuk syaikh-nya yang alim atau dilontarkan oleh sufi yang keliru, yang tidak tahu bagaimana seharusnya ia mendudukkan tasawuf pada tempat yang sebenarnya.

Sebenarnya orang yang tidak memiliki syaikh adalah orang bodoh yang tidak pernah belajar, menolak dan lari dari pendidikan. Manusia macam inilah yang bersyaikh pada syetan !! Sedangkan yang berjalan atas dasar ilmu pengetahuan , itu berarti imam dan syaikh nya adalah ilmu dan syariat.

Syaikh Abdul Qadir Jaelani mengisahkan perjalanan keruhaniannya yang ditulis dalam kitab “Rahasia Kekasih Allah”, saat dimana ia bertawajjuh dalam tafakkur dengan khusyu’, saat ia meluruskanjiwanya melayang menuju yang maha ghaib, saat ia melampiaskan rohnya yang penat terkungkung oleh sibuknya dunia, ia tinggal kan seluruh ikatan syahwati yang sering mengajak kejalan kefasikan. Ketika roh sang Syaikh mulai ekstase dalam puncak keheningan dan kecintaan yang mendalam kepada Sang Maha Kuasa, baru selangkah rohnya meluncur lepas untuk memasuki kefanaan ,tiba-tiba muncul cahaya yang terang benderang meliputi ruangan alam ruhani Syaikh. Dan kepada sang Syaikh di wangsitkan sebuah amanah yang membebaskan darinya dari ikatan “syari’at Allah” dengan memberikan alasan bahwa sang Syekh sudah mencapai kedekatan kepada Allah. Perjalanannya sudah sampai (wushul) dan tidak perlu lagi shalat, haji zakat dan dihalal sumua yang pernah Allah haramkan. Namun sang Syaikh ini rupanya telah memiliki ilmu ma’rifat kepada Allah dengan landasan Alquran dan Alhadist, dimana ia diselamatkan oleh pengetahuan tentang Allah, bahwa Allah tidak sama dengan makhluq-Nya, tidak berupa suara, tidak satupun yang bisa membandingkan-Nya. Dia Maha Ghaib dan Maha Latif. Pengetahuan yang cukup, yang dimiliki sang Syaikh mengalahkan wangsit yang keliru tadi, dengan tuntunan syari’at yang ditentukan oleh Allah sendiri. Ia selamat dari jebakan syetan yang terkutuk . Allah-lah sebagai penuntun menuju hadirat-Nya. Dialah sang Mursyid sejati, tidak satupun manusia yang mampu menghantar roh manusia lain menuju kehadirat Allah `azza wajalla.

Kita perhatikan para nabi seperti nabi Ibrahim, beliau mengetahui dengan jelas siapa yang menggoda ketika beliau mendapatkan perintah untuk mengorbankan putranya Ismail untuk disembelih. Namun nabi Ibrahim memiliki jiwa yang bersih dan berada pada wilayah keruhanian yang tinggi. Sehingga beliau mengetahui siapa sebenarnya yang menggodanya. Sebab kedudukan dimensi syetan masih berada jauh dibawah kedudukan orang mukmin yang mukhlisin (berserah diri kepada Allah).

Hal ini juga pernah dialami oleh nabi Yusuf saat gejolak syhwatnya menguasai jiwanya. namun saat itu pula sabi berserah diri dengan ikhlas kepada Allah, sehingga Allah menurunkan burhan dihatinya, yang pada akhirnya nabi Yusuf selamat dari perbuatan mesum dengan wanita cantik jelita yang menggodanya. Hal ini pernah dikeluhkan oleh syetan kepada Allah bahwa dirinya akan selalu menggoda setiap anak cucu Adam sampai hari kiamat. Namun ia tidak mampu menjerumuskan kedalam kesesatan bagi orang-orang yang berserah diri kepada Allah.

Banyak informasi mengenahi Allah yang keliru, sehingga belajar ketuhanan terkesan sulit dan sangat membingungkan. Kita lihat banyak buku-buku mengenai theologi, ia berbicara eksistensi “Tuhan” namun kita tidak pernah diajak melihat secara sederhana. Atau kita banyak berbicara mengenai Allah, tentang kekuasaan-Nya, kehebatan-Nya, dan kemaha pengasihan-Nya, akan tetapi kita merasakan sedang membicarakan sosok yang jauh disana. Padahal kita sedang berada didekat-Nya, dan sangat dekat Keseder-hanaan firman-firman Allah dalam mengungkapkan keberadaan diri-Nya sering disalah tafsirkan. Sehingga bertambah jauhlah dia dari pengertian yang seharusnya.

Kita banyak terhijab oleh pengetahuan yang menutup eksistensi Tuhan dalam hubungannya mengenai pengajaran dan bimbingan melalui “ilham”. Kita sudah terlanjur terbelenggu oleh pengertian bahwa Allah tidak berkata-kata lagi kecuali hanya kepada nabi-nabi, para rasul dan para wali. Namun disisi lain mereka mengharapkan Allah memberikan jawaban-jawaban atas doa-doanya, bimbingan-nya, ismatnya dan taufiqnya. Dan mereka menolaknya kalau kita katakan bahwa kita akan belajar atau berguru kepada Allah masalah hidup, masalah khusyu’ masalah penyelesaian rumah tangga, atau menanyakan informasi hal-hal yang akan kita lakukan nanti.

Kita telah melupakan bahwa ayat-ayat Al Qur’an banyak menyiratkan makna yang belum bisa kita lakukan. Ayat-ayat perintah atau amar seperti shalat, zakat, haji, sedkah, berjilbab, dan lain-lain, kita bisa lakukan dengan segera. Namun banyak ayat-ayat berupa penjelasan atau menceritakan keadaan (hal) orang-orang yang beriman. Dimana kita tidak akan mampu melakukannya kalau bukan karena hidayah atau tuntunan, yaitu berupa kekusyu’an, menangis dalam shalat atau bergetar ketika dibacakan ayat-ayat Allah, merasa tenang dan tidak ada rasa khawatir. Sikap ruhiyah inilah yang kita tidak miliki !

Dan tidak mungkin kita bisa lakukan semudah mengangkat takbir atau membaca ayat Al Qur’an. Hidayah, bukan hak kita untuk memberikan kepada murid atau anak kita. Hidayah adalah hak Allah kepada hamba-hambaNya yang terpilih. Hidayah adalah pengalaman pribadi dan merupakan tuntunan dan tarikan ruhani. Kepada jiwa itulah cahaya Allah memberikan karunia kekusyu’an dan keimanan yang dalam. Pengalaman-pengalaman itu ditulis dalam Al Qur’an berupa keadaan yang mesti didapat secara rasa, bukan ditafsirkan. Pengalaman-pengalaman tersebut akan menjadi pemicu bagi yang merasakan sebagai penguat keimanan kepada Allah swt.

Rasulullah sendiri pernah mengalami kesulitan dalam memberikan wejangan kepada pamannya saat menjelang kematiannya. Dan pamannya tetap dalam keadaa kafir, sekaligus teguran kepada Rasulullah bahwa beliau ditugaskan hanya sebagai pembawa berita baik dan ancaman dari Tuhannya, bukan memberikan hidayah atau memberikan iman kepada manusia. Dengan demikian seharusnyalah kita mengharapkan dan memfokuskan diri dalam melatih jiwa kita untuk selalu hadir berguru kepada Allah, memohon hidayah dan tuntunan. Dengan hanya berserah diri kepada Allah-lah kita akan mendapatkan hidayah dan bimbingan, seperti para nabi, para wali, lebah, semut bumi dan langit. Semuanya mendapatkan bimbingan dan petunjuk karena mereka adalah orang-orang dan makhluk yang berserah diri secara total kepada Allah swt. Mari kita hilangkan rasa takut tersesat. Rasa takut yang tidak beralasan inilah yang justru menjebak kita untuk berhenti mendekati Allah. Syetan telah berhasil memanfaatkan alasan “tersesat” sehingga kita lupa bahwa kita telah dan sedang tersesat, tidak berdzikir kepada Allah.

Untuk lebih jelasnya kita harus mengetahui bagaimana Allah menurunkan wahyu dan ilham kepada manusia. Dan apakah sebenarnya ilham atau wahyu itu?. Penjelasan ini penting untuk bekal bagi para pejalan keruhanian. Karena belakangan ini banyak orang menawarkan bentuk kerohanian yang bukan datang dari Islam. Kesan ruhiah Islam telah hilang, karena informasi kerohanian Islam tidak mudah didapat disembarang tempat, apalagi didepan khalayak ramai. Kondisi inilah yang menyebabkan khasanah ilmu kerohanian didominasi oleh kerohanian yang tidak berasal dari ketauhidan murni. Untuk itu wajar sekali kalau banyak kalangan yang takut belajar kerohanian, sebab yang mereka dengar dari setiap pelaku kerohanian cenderung berbicara soal ‘klenik’, perdukunan, ramalan, serta fenomena keadaan alam-alam ghaib yang menyeramkan.

0 komentar:

Posting Komentar