Antara Al Qur’an dan Hati.
Setiap orang memiliki cara pandang yang berbeda dalam menanggapi isi ayat al Qur’an , tafsir seorang ahli ilmu bahasa tidak sama dengan tafsir ahli sejarah atau tafsir ahli tauhid , demikianlah kenyataan setiap ilmuwan memiliki tafsirnya masing- masing , semua itu justru membenarkan bahwa setiap kata atau kalimat Al Qur’an itu memiliki makna yang tiada terbatas jika ditafsirkan saja.
Al Qur’an adalah tanda kekuasaan Allloh Azza wa jalla wa ala yang diterima sebagai wahyu oleh Rasululloh Muhammad saw , Dia terpilih menjadi nabi dan rasul bukan karena ahli tafsir atau ahli bahasa , nabi Muhammad saw terpilih karena ketulusan dan kepolosan ( umiyyi) serta jujur dan dipercaya ( al Amin ). Ketulusan dan kepolosan adalah keadaan hati atau Qalbu , keadaan ini menjadi dasar penilaian bagi insan agama sebagaimana terungkap dalam pesan-Nya :
( Sesungguhnya Alllah tidak melihat Rupa & Kulitmu melainkan melihat hatimu. )
Hanyalah hati yang umiyyi , buta dan tuli yang dapat menangkap tanda tanda kebesaran ilahi berupa , wahyu atau anugerah nubbuwah.
Dengan Hati yang umiyyi tidak berarti orang itu harus hidup terpencil jauh dari komunitas sosial dan budaya-nya. Kedekatan nabi Muhammad saw dengan budayanya mengangkat harkat bahasa Arab menjadi bahasa yang dimuliakan bahkan huruf Arab menjadi hurup baku dalam penulisan kitab Al Qur’an.
Nabi bahkan berhasil mengislamkan cara berpakaian bangsa arab menjadi budaya busana islam , nabi Muhammad saw tidak pernah merusak budaya bangsanya sendiri ,
Ia hanya mengingatkan mana yang pantas dan mana yang tidak pantas bagi ummat islam , maka ketika ummat manusia menyadari kebenaran risalah Islam tersebut segera saja benda-benda yang tidak berguna seperti patung dan arca disingkirkan dari kota Makah yang dimuliakan ,ummat sadar bahwa tidak sepantasnya dikota suci ada patung dan berhala didalamnya , sekarang siapa saja yang memasuki kota suci Makah tak akan dapat lagi melihat adanya ( umiyyi ) patung dan arca walaupun bekas-bekasnya.
Buta hati dan pandangan mata adalah keadaan yang dibawa ketika pertama kali bayi lahir didunia , walaupun ia dapat melihat tapi tak terpengaruh dengan yang dilihatnya , maka agar kesucian yang dibawa bayi terjaga Allloh memberi peringatan :
“Dan Ingatlah Rabb-mu dalam Hatimu , dengan merendahkan diri dan takut , dengan tiada mengeraskan suara ,diwaktu pagi dan petang dan jangan kamu termasuk orang yang lalai” (QS.Ar-Raaf 205).
Kalam tersebut bagai pisau bedah mengupas hati , betepa tidak inginnya orang beriman dapat melihat langsung bahwa didalam hatinya sudah tak ada tuhan melainkan Allloh sebagaimana yang selalu diucapkan “ asyhadu an la ilaha ilallah “ .
Jika dalam riwayat nabi Muhammad saw mengalami pembedahan dan pencucian hati oleh malaikat Jibril , lalu siapa yang mencuci hati umatnya , adakah yang pernah mengalami dibedah jibril (?) .
Menjadi satu kewajaran jika ada seorang yang sudah ahli ibadah tapi sombong , miskin tapi angkuh , kaya tapi kikir , penguasa jadi pengusaha akhirnya jadi penipu dan koruptor , wajar karena sinyal warning dalam al Qur’an terlanjur menjadi perdendangan ,“ Ingat tuhanmu dalam hatimu “ . Jika dibiarkan akan jadi bibit penyakit dan kekufuran , apalagi kalau sempat ngejawantah seperti Firaun yang langsung bersumbar “ ana rabbukumul A’la “ .
Semula Fir’aun adalah orang yang tunduk pada kata hati , hanya sayangnya dia tak tahu bahwa didalam hatinya itu ada tuhan ( sesembahan ), maka ketika dia berada pada puncak takluk dirinya pada hatinya , jadilah dia yang minta disembah , dihormati dan ditakuti oleh bangsanya sendiri.
Beruntunglah kita punya sahabat , kawan dan Rasulullah Muhammmad saw dengan Al Qur’annya sehingga tak tertular pengalaman pahit fir’aun .
Siapa saja yang mau masuk gerbang kafahnya Islam harus waspada pada keadaan diri sendiri , ingatlah tuhanmu didalam dirimu , berjihad membasmi tuhan dalam diri sehingga benarlah ucapan la ilaha ilalloh ( tidak ada tuhan selain Allloh ) , dalam hukum nafi-isbat : tuhan itu nafi ( tak ada ) , dalam nafinya tuhan itulah Isbatnya Allloh , maka bagi seorang mukmin pantang berkata “ tuhan Allloh “ karena kata itu dapat mempengaruhi aqidah , adalah mustahil tuhan bersanding Allloh apapun alasannya , karena itu namanya bersekutu dan haram bagi muslim menyekutukan Allloh dengan segala sesuatu termasuk tuhan.
Selayaknya manusia hati-hati dengan segala tafsirnya sendiri , sang tauladan Rasulullah saw menempatkan Al Qur’an sebagai ( hudan ) petunjuk panduan Ibadah ,memang tak ada larangan menterjemahkan Al Qur’an dalam bahasa masing-masing agar mudah dimengerti, hanya saja harus ingat bahwa Al Qur’an adalah Af’al Rasulullah saw maka pantang di ubah .
Dahulu ada seorang penafsir menasehati dirinya sendiri dalam menafsirkan ayat al Qur’an :
” Hai orang (yang banyak ) ber-iman , masuklah kedalam Islam secara totalitas ( dohir & batin ) , janganlah kamu ikuti langkah syetan ( yang sangat pandai melagukan dan mentafsir-tafsirkan Al Qur’an) karena syetan ( pembujuk dan perayu ) itu musuh yang nyata.
Ada benarnya tafsir nasehat itu , Orang harus ingat , bahwa jin dan syetan itu sesungguhnya sudah lama belajar agama atau ngaji , mulai dari zaman nabi musa sampai sekarang bangsa setan hobi menghadiri majlis agama atau dengar ngaji , wajar jika ada orang kesurupan malah jadi fasih baca al Qur’an walaupun ketika waras tak pernah ngaji , yang tidak wajar adalah jika ada orang belajar kepada orang yang lagi kesurupan syetan , inilah maksud teguran itu ” jangan ikuti langkah syetan ” , teguran dan nasehat itu bagi seseorang yang banyak memiliki kepercayaan ( beriman ).
Wallohus salam.
Al Qur’an adalah tanda kekuasaan Allloh Azza wa jalla wa ala yang diterima sebagai wahyu oleh Rasululloh Muhammad saw , Dia terpilih menjadi nabi dan rasul bukan karena ahli tafsir atau ahli bahasa , nabi Muhammad saw terpilih karena ketulusan dan kepolosan ( umiyyi) serta jujur dan dipercaya ( al Amin ). Ketulusan dan kepolosan adalah keadaan hati atau Qalbu , keadaan ini menjadi dasar penilaian bagi insan agama sebagaimana terungkap dalam pesan-Nya :
( Sesungguhnya Alllah tidak melihat Rupa & Kulitmu melainkan melihat hatimu. )
Hanyalah hati yang umiyyi , buta dan tuli yang dapat menangkap tanda tanda kebesaran ilahi berupa , wahyu atau anugerah nubbuwah.
Dengan Hati yang umiyyi tidak berarti orang itu harus hidup terpencil jauh dari komunitas sosial dan budaya-nya. Kedekatan nabi Muhammad saw dengan budayanya mengangkat harkat bahasa Arab menjadi bahasa yang dimuliakan bahkan huruf Arab menjadi hurup baku dalam penulisan kitab Al Qur’an.
Nabi bahkan berhasil mengislamkan cara berpakaian bangsa arab menjadi budaya busana islam , nabi Muhammad saw tidak pernah merusak budaya bangsanya sendiri ,
Ia hanya mengingatkan mana yang pantas dan mana yang tidak pantas bagi ummat islam , maka ketika ummat manusia menyadari kebenaran risalah Islam tersebut segera saja benda-benda yang tidak berguna seperti patung dan arca disingkirkan dari kota Makah yang dimuliakan ,ummat sadar bahwa tidak sepantasnya dikota suci ada patung dan berhala didalamnya , sekarang siapa saja yang memasuki kota suci Makah tak akan dapat lagi melihat adanya ( umiyyi ) patung dan arca walaupun bekas-bekasnya.
Buta hati dan pandangan mata adalah keadaan yang dibawa ketika pertama kali bayi lahir didunia , walaupun ia dapat melihat tapi tak terpengaruh dengan yang dilihatnya , maka agar kesucian yang dibawa bayi terjaga Allloh memberi peringatan :
“Dan Ingatlah Rabb-mu dalam Hatimu , dengan merendahkan diri dan takut , dengan tiada mengeraskan suara ,diwaktu pagi dan petang dan jangan kamu termasuk orang yang lalai” (QS.Ar-Raaf 205).
Kalam tersebut bagai pisau bedah mengupas hati , betepa tidak inginnya orang beriman dapat melihat langsung bahwa didalam hatinya sudah tak ada tuhan melainkan Allloh sebagaimana yang selalu diucapkan “ asyhadu an la ilaha ilallah “ .
Jika dalam riwayat nabi Muhammad saw mengalami pembedahan dan pencucian hati oleh malaikat Jibril , lalu siapa yang mencuci hati umatnya , adakah yang pernah mengalami dibedah jibril (?) .
Menjadi satu kewajaran jika ada seorang yang sudah ahli ibadah tapi sombong , miskin tapi angkuh , kaya tapi kikir , penguasa jadi pengusaha akhirnya jadi penipu dan koruptor , wajar karena sinyal warning dalam al Qur’an terlanjur menjadi perdendangan ,“ Ingat tuhanmu dalam hatimu “ . Jika dibiarkan akan jadi bibit penyakit dan kekufuran , apalagi kalau sempat ngejawantah seperti Firaun yang langsung bersumbar “ ana rabbukumul A’la “ .
Semula Fir’aun adalah orang yang tunduk pada kata hati , hanya sayangnya dia tak tahu bahwa didalam hatinya itu ada tuhan ( sesembahan ), maka ketika dia berada pada puncak takluk dirinya pada hatinya , jadilah dia yang minta disembah , dihormati dan ditakuti oleh bangsanya sendiri.
Beruntunglah kita punya sahabat , kawan dan Rasulullah Muhammmad saw dengan Al Qur’annya sehingga tak tertular pengalaman pahit fir’aun .
Siapa saja yang mau masuk gerbang kafahnya Islam harus waspada pada keadaan diri sendiri , ingatlah tuhanmu didalam dirimu , berjihad membasmi tuhan dalam diri sehingga benarlah ucapan la ilaha ilalloh ( tidak ada tuhan selain Allloh ) , dalam hukum nafi-isbat : tuhan itu nafi ( tak ada ) , dalam nafinya tuhan itulah Isbatnya Allloh , maka bagi seorang mukmin pantang berkata “ tuhan Allloh “ karena kata itu dapat mempengaruhi aqidah , adalah mustahil tuhan bersanding Allloh apapun alasannya , karena itu namanya bersekutu dan haram bagi muslim menyekutukan Allloh dengan segala sesuatu termasuk tuhan.
Selayaknya manusia hati-hati dengan segala tafsirnya sendiri , sang tauladan Rasulullah saw menempatkan Al Qur’an sebagai ( hudan ) petunjuk panduan Ibadah ,memang tak ada larangan menterjemahkan Al Qur’an dalam bahasa masing-masing agar mudah dimengerti, hanya saja harus ingat bahwa Al Qur’an adalah Af’al Rasulullah saw maka pantang di ubah .
Dahulu ada seorang penafsir menasehati dirinya sendiri dalam menafsirkan ayat al Qur’an :
” Hai orang (yang banyak ) ber-iman , masuklah kedalam Islam secara totalitas ( dohir & batin ) , janganlah kamu ikuti langkah syetan ( yang sangat pandai melagukan dan mentafsir-tafsirkan Al Qur’an) karena syetan ( pembujuk dan perayu ) itu musuh yang nyata.
Ada benarnya tafsir nasehat itu , Orang harus ingat , bahwa jin dan syetan itu sesungguhnya sudah lama belajar agama atau ngaji , mulai dari zaman nabi musa sampai sekarang bangsa setan hobi menghadiri majlis agama atau dengar ngaji , wajar jika ada orang kesurupan malah jadi fasih baca al Qur’an walaupun ketika waras tak pernah ngaji , yang tidak wajar adalah jika ada orang belajar kepada orang yang lagi kesurupan syetan , inilah maksud teguran itu ” jangan ikuti langkah syetan ” , teguran dan nasehat itu bagi seseorang yang banyak memiliki kepercayaan ( beriman ).
Wallohus salam.
0 komentar:
Posting Komentar