Kitab Tauhid 1
oleh: Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al fauzan
Aqidah Secara Etimologi
Aqidah
berasal dari kata 'aqd yang berarti pengikatan. Kalimat "Saya
ber-i'tiqad begini" maksudnya: saya mengikat hati terhadap hal tersebut.
Aqidah
adalah apa yang diyakini oleh seseorang. Jika dikatakan "Dia mempunyai
aqidah yang benar" berarti aqidahnya bebas dari keraguan. Aqidah
merupakan perbuatan hati, yaitu kepercayaan hati dan pembenarannya
kepada sesuatu.
Aqidah Secara Syara'
Yaitu
iman kepada Allah, para MalaikatNya, Kitab-kitabNya, para RasulNya dan
kepada Hari Akhir serta kepada qadar yang baik maupun yang buruk. Hal
ini disebut juga sebagai rukun iman.
Syari'at terbagi menjadi dua: i'tiqadiyah dan amaliyah.
I'tiqadiyah
adalah hal-hal yang tidak berhubungan dengan tata cara amal. Seperti
i'tiqad (kepercayaan) terhadap rububiyah Allah dan kewajiban beribadah
kepadaNya, juga beri'tiqad terhadap rukun-rukun iman yang lain. Hal ini
disebut ashliyah (pokok agama). (1)
Sedangkan amaliyah adalah
segala apa yang berhubungan dengan tata cara amal. Seperti shalat,
zakat, puasa dan seluruh hukum-hukum amaliyah. Bagian ini disebut
far'iyah (cabang agama), karena ia dibangun di atas i'tiqadiyah. Benar
dan rusaknya amaliyah tergantung dari benar dan rusaknya i'tiqadiyah.
Maka
aqidah yang benar adalah fundamen bagi bangunan agama serta merupakan
syarat sahnya amal. Sebagaimana firman Allah Subhannahu wa Ta'ala:
"Barangsiapa
mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal
yang shalih dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam
beribadat kepada Tuhannya." (Al-Kahfi: 110)
"Dan sesungguhnya
telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu: "Jika
kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah
kamu termasuk orang-orang yang merugi." (Az-Zumar: 65)
"Maka
sembahlah Allah dengan memurnikan keta'atan kepada-Nya. Ingatlah, hanya
kepunyaan Allahlah agama yang bersih (dari syirik)." (Az-Zumar: 2-3)
Ayat-ayat
di atas dan yang senada, yang jumlahnya banyak, menunjukkan bahwa
segala amal tidak diterima jika tidak bersih dari syirik. Karena itulah
perhatian Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam yang pertama kali adalah
pelurusan aqidah. Dan hal pertama yang didakwahkan para rasul kepada
umatnya adalah menyembah Allah semata dan meninggalkan segala yang
dituhankan selain Dia.
Sebagaimana firman Allah Subhannahu wa
Ta'ala: "Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat
(untuk menyerukan): 'Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu',
..." (An-Nahl: 36)
Dan setiap rasul selalu mengucapkan pada awal
dakwahnya: "Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tak ada tuhan
bagimu selainNya." (Al-A'raf: 59, 65, 73, 85)
Pernyataan tersebut
diucapkan oleh Nabi Nuh, Hud, Shalih, Syu'aib dan seluruh rasul. Selama
13 tahun di Makkah -sesudah bi'tsah- Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam
mengajak manusia kepada tauhid dan pelurusan aqidah, karena hal itu
merupakan landasan bangunan Islam. Para da'i dan para pelurus agama
dalam setiap masa telah mengikuti jejak para rasul dalam berdakwah.
Sehingga mereka memulai dengan dakwah kepada tauhid dan pelurusan
aqidah, setelah itu mereka mengajak kepada seluruh perintah agama yang
lain.
(1) Syarah Aqidah Safariniyah, I, hal. 4.
0 komentar:
Posting Komentar