Sikap Pasif Kaum Muslimin Dan Problematikanya
Kitab Tauhid 1
oleh: Dr.Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al fauzan
Di
antara sikap wala' dan mahabbah karena Allah antar-umat Islam adalah
seorang muslim harus mempedulikan urusan masyarakatnya secara umum dan
mempedulikan urusan saudaranya sesama muslim secara khusus.
Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda:
"Perumpamaan
orang-orang mukmin dalam kecintaan, kasih sa-yang dan kelembutannya
adalah bagaikan satu jasad. Manakala suatu anggota tubuhnya mengadu
kesakitan, maka sekujur tubuhnya itu menanggungnya, tidak tidur malam
dan demam." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Ini
adalah gambaran masyarakat muslim. Adapun gambaran antar-pribadi muslim
adalah seperti yang disabdakan oleh baginda Rasul Shallallaahu alaihi
wa Salam :
"Orang mukmin satu dengan mukmin lainnya bagaikan satu
bangunan, yang sebagian menguatkan sebagian yang lain. Dan beliau
merajutkan antara jari-jemarinya." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Maka
kewajiban kaum muslimin, baik secara individu maupun kelompok adalah
memperhatikan berbagai problema yang ada di antara mereka, dan problema
yang ada antara mereka dengan musuh-musuh mereka, sehingga mereka mau
menjalin ukhuwah Islamiyah. Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman: "...
sebab itu bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah perhubungan di antara
sesamamu ..." (Al-Anfal: 1)
"Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara, karena itu damaikanlah antar-kedua saudaramu ..." (Al-Hujurat: 10)
Dan
hendaknya mereka memperhatikan jihad melawan musuh-musuh mereka. Allah
Subhannahu wa Ta'ala berfirman: "Hai orang-orang yang beriman,
perangilah orang-orang kafir yang di sekitar kamu itu, dan hendaklah
mereka menemui kekerasan daripadamu, dan ketahuilah, bahwasanya Allah
beserta orang-orang yang bertakwa." (At-Taubah: 123)
Maksudnya
ialah mempersiapkan diri sebelum berjihad dengan menyelesaikan berbagai
problematika yang mengganjal, menyatukan barisan, memperbaiki kondisi
dan mempersiapkan segala peralatan. Maka barangsiapa yang tidak
mempedulikan problematika kaum muslimin, bahkan bersikap pasif, maka hal
itu menunjukkan lemahnya iman, atau juga berarti bahwa dia itu munafik
yang memberikan wala' kepada kuffar.
Allah
Subhannahu wa Ta'ala berfirman tentang orang-orang munafik: "(Yaitu)
orang-orang yang menunggu-nunggu (peristiwa) yang akan terjadi pada
dirimu (hai orang-orang mu'min). Maka jika terjadi bagimu kemenangan
dari Allah mereka berkata: 'Bukan-kah kami (turut berperang) beserta
kamu?' Dan jika orang-orang kafir mendapat keberuntungan (kemenangan)
mereka berkata: 'Bukankah kami turut memenangkanmu, dan membela kamu
dari orang-orang mukmin?'." (An-Nisa': 141)
Allah
Subhannahu wa Ta'ala menjelaskan bahwa sikap kaum munafik terhadap
per-masalahan umat Islam adalah pasif, menunggu dan menonton siapa yang
menang akan menjadi kawan. Adapun mukmin yang benar selalu memiliki
karakter nasihat (kesetiaan), baik dalam ucapannya, amalnya dan
kiprahnya dalam masya-rakatnya.
Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda:
"Agama
itu adalah nasihat (kesetiaan)." Beliau mengucapkan tiga kali. Kami
bertanya, "Untuk siapa ya Rasulullah?" Beliau menjawab, "Untuk Allah,
untuk RasulNya, untuk para pemimpin kaum muslimin dan kaum muslimin pada
umumnya." (HR. Muslim)
Demikianlah
mudah-mudahan Allah Subhannahu wa Ta'ala memperbaiki kondisi umat Islam
dengan meluruskan aqidah mereka, memperbaiki bangsa dan para pemimpin
mereka, dan semoga menyatukan hati mereka serta membulatkan tekad
mereka. Semoga shalawat serta salam tetap tercurah untuk Nabi kita
Muhammad Shallallaahu alaihi wa Salam beserta keluarga dan sahabatnya.
Amin
0 komentar:
Posting Komentar