Kitab Tauhid 1
oleh: Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al fauzan
Penyimpangan
dari aqidah yang benar adalah kehancuran dan kesesatan. Karena aqidah
yang benar merupakan motivator utama bagi amal yang bermanfaat. Tanpa
aqidah yang benar seseorang akan menjadi mangsa bagi persangkaan dan
keragu-raguan yang lama-kelamaan mungkin menumpuk dan menghalangi dari
pandangan yang benar terhadap jalan hidup kebahagiaan, sehingga hidupnya
terasa sempit lalu ia ingin terbebas dari kesempitan tersebut dengan
menyudahi hidup, sekali pun dengan bunuh diri, sebagaimana yang terjadi
pada banyak orang yang telah kehilangan hidayah aqidah yang benar.
Masyarakat
yang tidak dipimpin oleh aqidah yang benar merupakan masyarakat bahimi
(hewani), tidak memiliki prinsip-prinsip hidup bahagia, sekali pun
mereka bergelimang materi tetapi terkadang justru sering menyeret mereka
pada kehancuran, sebagaimana yang kita lihat pada masyarakat jahiliyah.
Karena
sesungguhnya kekayaan materi memerlukan taujih (pengarahan) dalam
penggunaannya, dan tidak ada pemberi arahan yang benar kecuali aqidah
shahihah. Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman: "Hai rasul-rasul,
makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang shalih." (Al-Mu'minun: 51)
"Dan
sesungguhnya telah Kami berikan kepada Daud kurnia dari Kami. (Kami
berfirman): 'Hai gunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah
berulang-ulang bersama Daud', dan Kami telah melunakkan besi untuknya,
(yaitu) buatlah baju besi yang besar-besar dan ukurlah anyamannya; dan
kerjakanlah amalan yang saleh. Sesungguhnya Aku melihat apa yang kamu
kerjakan." (Saba': 10-11)
Maka kekuatan aqidah tidak boleh dipisahkan dari kekuatan madiyah (materi).
Jika hal itu dilakukan dengan menyeleweng kepada aqidah batil, maka
kekuatan materi akan berubah menjadi sarana penghancur dan alat perusak,
seperti yang terjadi di negara-negara kafir yang memiliki materi,
tetapi tidak memiliki aqidah shahihah.
Sebab-sebab penyimpangan dari aqidah shahihah yang harus kita ketahui yaitu:1. Kebodohan terhadap aqidah shahihah,
karena tidak mau (enggan) mempelajari dan mengajarkannya, atau karena
kurangnya perhatian terhadapnya. Sehingga tumbuh suatu generasi yang
tidak mengenal aqidah shahihah dan juga tidak mengetahui lawan atau
kebalikannya.
Akibatnya,
mereka meyakini yang haq sebagai sesuatu yang batil dan yang batil
dianggap sebagai yang haq. Sebagaimana yang pernah dikatakan oleh Umar
Radhiallaahu anhu :
"Sesungguhnya ikatan simpul Islam akan pudar satu
demi satu, manakala di dalam Islam terdapat orang yang tumbuh tanpa
mengenal kejahiliyahan."
2. Ta'ashshub (fanatik) kepada sesuatu yang diwarisi dari bapak dan nenek moyangnya,
sekali pun hal itu batil, dan mencampakkan apa yang menyalahinya,
sekali pun hal itu benar. Sebagaimana yang difirmankan Allah Subhannahu
wa Ta'ala: "Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang
telah diturunkan Allah" mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami hanya
mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang
kami". "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang
mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?" (Al-Baqarah: 170)
3. Taqlid buta,
dengan mengambil pendapat manusia dalam masalah aqidah tanpa
mengetahui dalilnya dan tanpa menyelidiki seberapa jauh kebenarannya.
Sebagaimana yang terjadi pada golongan-golongan seperti Mu'tazilah,
Jahmiyah dan lainnya. Mereka bertaqlid kepada orang-orang sebelum mereka
dari para imam sesat, sehingga mereka juga sesat, jauh dari aqidah
shahihah.
4. Ghuluw (berlebihan) dalam mencintai para wali dan orang-orang shalih,
serta mengangkat mereka di atas derajat yang semestinya, sehingga
meyakini pada diri mereka sesuatu yang tidak mampu dilakukan kecuali
oleh Allah, baik berupa mendatangkan kemanfaatan maupun menolak
kemudharatan.
Juga menjadikan para wali itu sebagai perantara
antara Allah dan makhlukNya, sehingga sampai pada tingkat penyembahan
para wali tersebut dan bukan menyembah Allah. Mereka bertaqarrub kepada
kuburan para wali itu dengan hewan qurban, nadzar, do'a, istighatsah
dan meminta pertolongan.
Sebagaimana yang terjadi pada kaum Nabi
Nuh Alaihissalam terhadap orang-orang shalih ketika mereka berkata:
"Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan
jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) Wadd, dan
jangan pula Suwaa', Yaghuts, Ya'uq dan Nasr." [1] (Nuh: 23)
Dan demikianlah yang terjadi pada pengagung-pengagung kuburan di berbagai negeri sekarang ini.
5.
Ghaflah (lalai) terhadap perenungan ayat-ayat Allah yang terhampar di
jagat raya ini (ayat-ayat kauniyah) dan ayat-ayat Allah yang tertuang
dalam KitabNya (ayat-ayat Qur'aniyah). Di samping itu, juga
terbuai dengan hasil-hasil teknologi dan kebudayaan, sampai-sampai
mengira bahwa itu semua adalah hasil kreasi manusia semata, sehingga
mereka mengagung-agungkan manusia serta menisbatkan seluruh kemajuan
ini kepada jerih payah dan penemuan manusia semata.
Sebagaimana kesombongan Qarun yang mengatakan: "Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku." (Al-Qashash: 78)
Dan sebagaimana perkataan orang lain yang juga sombong: "Ini adalah hakku ..." (Fushshilat: 50)
"Sesungguhnya aku diberi nikmat itu hanyalah karena kepintaranku". (Az-Zumar: 49)
Mereka
tidak berpikir dan tidak pula melihat keagungan Tuhan yang telah
menciptakan alam ini dan yang telah menimbun berbagai macam keistimewaan
di dalamnya. Juga yang telah menciptakan manusia lengkap dengan bekal
keahlian dan kemampuan guna menemukan keistimewaan-keistimewaan alam
serta mengfungsikannya demi kepentingan manusia.
"Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu". (Ash-Shaffat: 96)
"Dan apakah mereka tidak memperhatikan kerajaan langit dan bumi dan segala sesuatu yang diciptakan Allah, ..." (Al-A'raf: 185)
"Allah-lah
yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari
langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai
buah-buahan menjadi rezki untukmu, dan Dia telah menundukkan bahtera
bagimu supaya bahtera itu berlayar di lautan dengan kehendakNya, dan Dia
telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai. Dan Dia telah
menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar
(dalam orbitnya); dan telah menundukkan bagimu malam dan siang. Dan
Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu
mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah
dapat kamu menghinggakannya." (Ibrahim: 32-34)
Pada
umumnya rumah tangga sekarang ini kosong dari pengarahan yang benar
(menurut Islam). Padahal baginda Rasulullah telah bersabda: "Setiap bayi
itu dilahirkan atas dasar fitrah. Maka kedua orang-tuanyalah yang
(kemudian) membuatnya menjadi Yahudi, Nashrani atau Majusi." (HR. Al-Bukhari)
Jadi,
orangtua mempunyai peranan besar dalam meluruskan jalan hidup
anak-anaknya. Enggannya media pendidikan dan media informasi
melaksanakan tugasnya. Kurikulum pendidikan kebanyakan tidak memberikan
perhatian yang cukup terhadap pendidikan agama Islam, bahkan ada yang
tidak peduli sama sekali. Sedangkan media informasi, baik media cetak
maupun elektronik berubah menjadi sarana penghancur dan perusak, atau
paling tidak hanya memfokuskan pada hal-hal yang bersifat materi dan
hiburan semata.
Tidak memperhatikan hal-hal yang dapat meluruskan
moral dan menanamkan aqidah serta menangkis aliran-aliran sesat. Dari
sini, muncullah generasi yang telanjang tanpa senjata, yang tak berdaya
di hadapan pasukan kekufuran yang lengkap persenjataannya.
Cara menanggulangi penyimpangan di atas teringkas dalam point-point berikut ini:1. Kembali kepada Kitabullah dan Sunnah Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam untuk mengambil aqidah shahihah.
Sebagaimana
para Salaf Shalih mengambil aqidah mereka dari keduanya. Tidak akan
dapat memperbaiki akhir umat ini kecuali apa yang telah memperbaiki
umat pendahulunya. Juga dengan mengkaji aqidah golongan sesat dan
mengenal syubhat-syubhat mereka untuk kita bantah dan kita waspadai,
karena siapa yang tidak mengenal keburukan, ia dikhawatirkan terperosok
ke dalamnya.
2. Memberi perhatian pada pengajaran aqidah shahihah, aqidah salaf, di berbagai jenjang pendidikan.
Memberi jam pelajaran yang cukup serta mengadakan evaluasi yang ketat dalam menyajikan materi ini.
Harus
ditetapkan kitab-kitab salaf yang bersih sebagai materi pelajaran.
Sedangkan kitab-kitab kelompok penyeleweng harus dijauhkan.
3. Menyebar para da'i yang meluruskan aqidah umat Islam dengan mengajarkan aqidah salaf serta menjawab dan menolak seluruh aqidah batil.
[1]
Wadd, Suwa', Yaghuts, Ya'uq dan Nasr adalah nama berhala-berhala yang
terbesar pada kabilah-kabilah kaum Nabi Nuh, yang semula nama-nama orang
shalih. (Al-Qur'an dan Terjemahannya, Departemen Agama RI. pen.).
0 komentar:
Posting Komentar