Azan
Azan (ejaan KBBI) atau adzan (Arab: أذان) merupakan panggilan bagi umat Islam untuk memberitahu masuknya salat fardu. Dikumandangkan oleh seorang muadzin setiap salat lima waktu.
Lafadz azan
Lafadz azan sunni
Lafadz adzan terdiri dari 7 bagian:
Allahu Akbar, Allahu Akbar (2 kali)
"Allah Maha Besar, Allah Maha Besar"
Asyhadu alla ilaha illallah (2 kali)
"Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah"
Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah (2 kali)
"Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah Rasul Allah"
Hayya 'alash sholah (2 kali)
"Mari menunaikan salat"
Hayya 'alal falah (2 kali)
"Mari meraih kemenangan"
Ashsalatu khairum minan naum (2 kali)
"Shalat itu lebih baik daripada tidur" (hanya diucapkan dalam azan Subuh)
Allahu Akbar, Allahu Akbar (1 kali)
"Allah Maha Besar, Allah Maha Besar"
Lailaha ilallah (1 kali)
"Tiada Tuhan selain Allah"
Lafadz azan syi'ah
Allahu Akbar, Allahu Akbar (2 kali)
"Allah Maha Besar, Allah Maha Besar"
Asyhadu alla ilaha illallah (2 kali)
"Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah"
Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah (2 kali)
"Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah Rasul Allah"
Asyhadu anna Aliyyan Waliyyullah (1 kali)
"Aku bersaksi bahwa Ali adalah wali Allah"
Hayya 'alash sholah (2 kali)
"Mari menunaikan salat"
Hayya 'alal falah (2 kali)
"Mari meraih kemenangan"
Hayya 'ala khairil 'amal (2 kali)
"Mari berbuat amal kebaikan"
Allahu Akbar, Allahu Akbar (1 kali)
"Allah Maha Besar, Allah Maha Besar"
Lailaha ilallah (2 kali)
"Tiada Tuhan selain Allah"
Sejarah azan dan iqamah
Azan mulai disyariatkan pada tahun kedua Hijriah. Mulanya, pada suatu hari Nabi Muhammad SAW mengumpulkan para sahabat untuk memusyawarahkan bagaimana cara memberitahu masuknya waktu salat dam mengajak orang ramai agar berkumpul ke masjid untuk melakukan salat berjamaah.
Di dalam musyawarah itu ada beberapa usulan. Ada yang mengusulkan supaya dikibarkan bendera sebagai tanda waktu
salat telah masuk. Apabila benderanya telah berkibar, hendaklah orang
yang melihatnya memberitahu kepada umum. Ada juga yang mengusulkan
supaya ditiup trompet seperti yang biasa dilakukan oleh pemeluk agama Yahudi.
Ada lagi yang mengusulkan supaya dibunyikan lonceng seperti yang biasa dilakukan oleh orang Nasrani. Ada seorang sahabat yang menyarankan bahwa manakala waktu salat tiba, maka segera dinyalakan api
pada tempat yang tinggi dimana orang-orang bisa dengan mudah melihat ke
tempat itu, atau setidaknya, asapnya bisa dilihat orang walaupun ia
berada ditempat yang jauh. Yang melihat api itu dinyalakan, hendaklah
datang menghadiri salat berjamaah.
Semua usulan yang diajukan itu ditolak oleh Nabi. Tetapi, beliau menukar lafal itu dengan assalatu jami’ah (marilah salat berjamaah). (KYP3095) Lantas, ada usul dari Umar bin Khattab
jika ditunjuk seseorang yang bertindak sebagai pemanggil kaum Muslim
untuk salat pada setiap masuknya waktu salat. Kemudian saran ini bisa
diterima oleh semua orang dan Nabi Muhammad SAW juga menyetujuinya.
Asal muasal azan
Lafal azan tersebut diperoleh dari hadis tentang asal muasal adzan dan iqamah: Abu Daud mengisahkan bahwa Abdullah bin abbas
berkata sebagai berikut: "Ketika cara memanggil kaum muslimin untuk
salat dimusyawarahkan, suatu malam dalam tidurku aku bermimpi. Aku
melihat ada seseorang sedang menenteng sebuah lonceng. Aku dekati orang
itu dan bertanya kepadanya, "apakah ia bermaksud akan menjual lonceng
itu? Jika memang begitu, aku memintanya untuk menjual kepadaku saja".
Orang tersebut justru bertanya," Untuk apa?" Aku menjawabnya, "Bahwa
dengan membunyikan lonceng itu, kami dapat memanggil kaum muslim untuk
menunaikan salat". Orang itu berkata lagi, "Maukah kamu kuajari cara
yang lebih baik? Dan aku menjawab, "ya" dan dia berkata lagi dengan
suara yang amat lantang:
Allahu Akbar Allahu Akbar
Asyhadu alla ilaha illallah
Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah
Hayya 'alash sholah (2 kali)
Hayya 'alal falah (2 kali)
Allahu Akbar Allahu Akbar
La ilaha illallah
Ketika esoknya aku bangun, aku menemui Nabi Muhammad.SAW,
dan menceritakan perihal mimpi itu kepadanya, kemudian Nabi Muhammad.
SAW, berkata, "Itu mimpi yang sebetulnya nyata. Berdirilah disamping Bilal
dan ajarilah dia bagaimana mengucapkan kalimat itu. Dia harus
mengumandangkan adzan seperti itu dan dia memiliki suara yang amat
lantang." Lalu akupun melakukan hal itu bersama Bilal." Rupanya, mimpi
serupa dialami pula oleh Umar. Ia juga menceritakannya kepada Nabi
Muhammad SAW.
Asal muasal iqomah
Setelah lelaki yang membawa lonceng itu melafalkan azan, dia diam sejenak, lalu berkata: "Kau katakan jika salat akan didirikan:
Allahu Akbar, Allahu Akbar
Asyhadu alla ilaha illallah
Asyhadu anna Muhammadarrasullulah
Hayya 'alash sholah
Hayya 'alal falah
Qod qomatish sholah (2 kali), artinya "Salat akan didirikan"
Allahu Akbar, Allahu Akbar
La ilaha illallah
Begitu subuh,
aku mendatangi Rasulullah SAW kemudian kuberitahu beliau apa yang
kumimpikan. Beliaupun bersabda: "Sesungguhnya itu adalah mimpi yang
benar, insya Allah.
Bangkitlah bersama Bilal dan ajarkanlah kepadanya apa yang kau mimpikan
agar diadzankannya (diserukannya), karena sesungguhnya suaranya lebih
lantang darimu." Ia berkata: Maka aku bangkit bersama Bilal, lalu aku
ajarkan kepadanya dan dia yang berazan. Ia berkata: Hal tersebut
terdengar oleh Umar bin al-Khaththab ketika dia berada di rumahnya.
Kemudian dia keluar dengan selendangnya yang menjuntai. Dia berkata:
"Demi Dzat yang telah mengutusmu dengan benar, sungguh aku telah
memimpikan apa yang dimimpikannya." Kemudian Rasulullah SAW bersabda:
"Maka bagi Allah-lah segala puji."[1]
Kejadian dalam hadits tersebut terjadi di Madinah pada tahun pertama Hijriah atau 622 M.[2]
Adab adzan
Adapun adab melaksanakan azan menurut jumhur ulama ialah:
muazin hendaknya tidak menerima upah dalam melakukan tugasnya;
muazin harus suci dari hadas besar, hadas kecil, dan najis;
muazin menghadap ke arah kiblat ketika mengumandangkan azan;
ketika membaca hayya ‘ala as-salah muazin menghadapkan muka dan
dadanya ke sebelah kanan dan ketika membaca hayya ‘ala al-falah
menghadapkan muka dan dadanya ke sebelah kiri;
muazin memasukkan dua anak jarinya ke dalam kedua telinganya;
suara muazin hendaknya nyaring;
muazin tidak boleh berbicara ketika mengumandangkan azan;
orang-orang yang mendengar azan hendaklah menyahutnya secara
perlahan dengan lafal-lafal yang diucapkan oleh muazin, kecuali pada
kalimat hayya ‘ala as-salah dan hayya ‘ala al-falah yang keduanya
disahut dengan la haula wa la quwwata illa bi Allah (tidak ada daya dan
kekuatan kecuali dari Allah);
setelah selesai azan, muazin dan yang mendengar azan hendaklah
berdoa: Allahumma rabba hazihi ad-da’wah at-tammah wa as-salati
al-qa’imah, ati Muhammadan al-wasilah wa al-fadilah wab’ashu maqaman
mahmuda allazi wa’adtahu (Wahai Allah, Tuhan yang menguasai seruan yang
sempurna ini, dan salat yang sedang didirikan, berikanlah kepada
Muhammad karunia dan keutamaan serta kedudukan yang terpuji, yang telah
Engkau janjikan untuknya [HR. Bukhari]). (KYP3095)
Menjawab azan
Apabila kita mendengar suara azan, kita disunnahkan untuk menjawab azan tersebut sebagaimana yang diucapkan oleh muazin,
kecuali apabila muazin mengucapkan "Hayya alash shalah", "Hayya alal
falah", dan "Ashsalatu khairum minan naum" (dalam azan Subuh).
Bila muazin mengucapkan "Hayya alash shalah" atau "Hayya alal falah",
disunnahkan menjawabnya dengan lafazh "La haula wa la quwwata illa
billahil 'aliyyil 'azhim" yang artinya "Tiada daya dan tiada kekuatan
kecuali dengan pertolongan Allah".
Dan bila muazin mengucapkan "Ashsalatu khairum minan naum" dalam azan
Subuh, disunnahkan menjawabnya dengan lafazh "Shadaqta wa bararta wa
ana 'ala dzalika minasy syahidin" yang artinya "Benarlah engkau dan
baguslah ucapanmu dan saya termasuk orang-orang yang menyaksikan
kebenaran itu".
0 komentar:
Posting Komentar